Salah satunya adalah Haer (45), warga Kelurahan Maleber, Ciamis. Dia mengaku berjualan kulit beduk tersebut karena amanah dari orang tuannya agar mempertahankan bisnis kulit beduk. Di luar bulan Ramadhan, Haer berjualan kupat tahu dan lengko di yang sama, Jalan RE Martadinata, Ciamis.
"Sudah lama jualan sekitar 11 tahun, memang sudah turun temurun jualan kulit bedug setiap bulan puasa. Semua orang sudah tau kalau nyari kulit bedug biasanya kesini," ujar Haer saat ditemui di lapaknya Jumat (10/5/2019) siang.
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kulit beduk yang dijual Haer bisa tahan hingga empat tahun. Ukuran diameternya sekitar 80 sentimeter. Haer biasa menjual Rp 350 ribu untuk satu lembar kulit beduk.
"Alhamdulillah setiap tahun laku rata-rata 40 sampai 50 lembar, itu jualan dari awal puasa sampai mau Lebaran. Langganan bukan hanya dari Ciamis, tapi dari Pangandaran, Banjar, Majalengka bahkan Bandung," katanya.
![]() |
"Kakak saya kan biasa kirim kulit ke Garut, jadi sebagian disimpan untuk dijadikan kulit beduk dan dijual pada bulan puasa," ujar Haer.
Senada diungkapkan pedagang lainnya, Beni. Dia mengaku sudah berjualan kulit beduk sejak 1980. Ia dan Haer, yang masih satu kerabat, sama-sama berjualan kulit beduk.
"Saya jualan kulit bedug ini bukan untuk ekonomi saja, tapi melanjutkan usaha orang tua, pesan saya, tetap bunyikan bedug di masjid-masjid, saat takbiran jangan lupa 'ngadulag'," tutur Beni.
Simak Juga 'Meugang, Tradisi Warga Aceh Berburu Daging di Ramadhan':
(bbn/bbn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini