Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Garut angkat bicara soal masalah itu. Sekretaris DLH Guriansyah mengatakan penyebab sampah tak terangkut adalah volume sampah yang terus bertambah saat bulan puasa.
"Ditambah jalan menuju TPS Pasirbajing itu kondisinya rusak. Jadi truk terkendala untuk membuang sampah ke TPA," ujar Guriansyah, Jumat (10/6/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan data DLH, pada akhir 2018 lalu terdapat 38 armada pengangkut sampah. Dari jumlah tersebut, hanya 20 unit saja yang bisa dioperasikan. Padahal, ada 42 kecamatan di Garut.
Sementara itu setiap hari ada 600 ton sampah yang ada di wilayah perkotaan seperti Kecamatan Garut Kota, Tarogong Kidul, Tarogong Kaler dan Karangpawitan. Itu belum termasuk sampah di wilayah pelosok.
Dari 600 ton itu, petugas hanya mampu mengangkut 150 hingga 200 ton saja sampah per hari dengan 20 armada angkutan yang ada.
"Pemerintah jangan hanya studi banding saja melihat ke China untuk membeli barang pengolahan limbahnya dapur atau sampah makanan. Penanganannya ini lambat," ujar Riana dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom.
Selain mengkritik hasil kajian pemerintah ke berbagai negara soal sampah yang dianggap nihil, KAMMI juga meminta masyarakat untuk memanfaatkan sampah dengan cara mengolahnya menjadi barang bernilai.
"Permasalahan sampah ini harus diselesaikan bersama. Walau pun disediakan pembuangan sampah, namun sampah setiap harinya bukan berkurang malah bertambah," ujar Riana.
![]() |
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini