Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan kelompok SL sudah dimonitor sejak 2014. Dedi menyebut kelompok ini punya struktur kuat dan merupakan jaringan Jawa pimpinan Zainul Arifin. Kelompok ini berbaiat kepada kelompok JAD Indonesia pimpinan Oman Abdurahman.
"November 2015, SL ikut pertemuan jaringan JAD di malang, isi pertemuan akan melakukan aksi terorisme di Jakarta, terjadilah peristiwa Januari 2016 Bom Thamrin. Dari situ, dia melarikan diri dengan kelompoknya," kata Dedi di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (6/5/2019).
Dedi mengatakan setahun kemudian, kelompok SL juga terlibat dalam kerusuhan di Rumah Tahanan (Rutan) Mako Brimob di Depok. Beberapa orang dari kelompok ini kemudian ditangkap Densus 88.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
SL berperan sebagai salah satu penggerak kerusuhan di Mako Brimob. Setelah terjadi kerusuhan, SL bersama kelompoknya kabur ke Papua.
"SL bersama kelompoknya lari ke Papua, dia melakukan latihan di daerah Papua, kemudian dia membentuk dua sel, kelompok pertama menuju Bekasi pada awal tahun 2019," tuturnya.
Satu sel lagi hendak gabung dengan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora. Densus 88 berhasil menangkap terduga teroris berinisial RH dan M di kapal saat hendak menuju Poso.
SL sendiri masuk ke daftar pencarian orang (DPO) oleh Densus 88. Dia pernah memimpin JAD Lampung pada 2014. Pria yang ditangkap di Bekasi ini berbaiat kepada ISIS.
Selain SL serta RH dan M, Densus 88 menangkap empat orang lainnya, yakni AN (20, MC (28), MI (32), dan IF alias Samuel (19). Satu pelaku lain berinisial T (25) tewas ditembak Densus 88 saat akan ditangkap di Bekasi sehingga total ada delapan orang terduga teroris dari jaringan SL yang ditangani Densus 88. (jbr/fdn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini