"Saya belum melihat film tersebut tapi menurut saya di saat-saat menjelang Pemilu mengangkat sebuah cerita-cerita yang harus diverifikasi itu tentunya kita pertanyakan timing-nya," kata Sandiaga kepada wartawan di Banda Aceh, Jumat (3/5/2019).
Menurutnya, dokumenter produksi Watchdoc Documentary tersebut perlu verifikasi dan validasi lagi. Dia sendiri mengaku hingga kini belum menontonnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya sendiri belum melihat dan menurut saya ini yang menjadi hal yang harus digarisbawahi bahwa informasi itu harus selalu diverifikasi dan divalidasi. Saya sudah tidak bergabung di bisnis selama lima tahun," jelas Sandiaga.
Sementara terkait isu penjualan saham yang disebutkan dalam dokumenter, Sandiaga juga mengaku tidak mengetahuinya. Dia kembali menjelaskan sudah beberapa tahun tidak mengurus bisnis.
"Mohon ditanyakan kepada yang mengurus saya sudah tidak ikut dalam bisnis. Saya di Gerindra dari 2015 dan mulai 2017 bertugas di balai kota jadi silakan diverifikasi sendiri," ungkap mantan wakil gubernur DKI Jakarta tersebut.
Baca juga: Perlukah Menggugat 'Sexy Killers'? |
Dalam dokumenter Sexy Killers Sandiaga disebut pernah menjabat sebagai direktur tambang batu bara di Kutai Kertanegara. Lubang tambang tersebut disebut ikut menelan korban jiwa.
Selain itu Sandiaga juga disebut memiliki jejak di perusahaan tambang batu bara yang memiliki saham diproyek PLTU di Jawa Tengah.
Sebelumnya diberitakan, pihak pembuat mengaku dokumenter ini dibuat untuk mengundang opini sekaligus membuka pandangan tentang kebijakan bisnis tambang batu bara berjalan. Sutradara pun mengungkap alasan film ini dirilis pada masa tenang Pemilu.
"Saya ingin film ini menjadi perdebatan utama politik," ujar Dandhy Laksono sang sutradara saat ditemui dalam 'Diskusi Publik: Menggugat Sexy Killers bersama Dandhy Laksono di Visinema Campus, Cilandak, Jakarta Selatan, belum lama ini.
Lewat film garapannya, Dandhy berharap publik terlibat dalam perdebatan yang lebih penting ketimbang meributkan isu-isu liar yang berseliweran saat momen pilpres dan pemilu.
Yang menjadi poinnya yaitu bisnis ini tak berjalan tanpa ada apa-apa. 'Sexy Killers' menyoroti para pemangku kekuasaan, juga diketahui sebagai pembuat kebijakan yang seakan menutup mata akan dampak konsesi batu bara.
"Di Kaltim itu tambang batu baranya sangat masif. Jadi Samarinda itu ibu kota provinsi, tapi 71 persennya adalah konsesi batubara. Bayangin tinggal di ibu kota provinsi yang 71 persennya adalah mengkonsesi batu bara, jadi kalau ada orang kecebur di lubang tambang karena keluar dari pager rumah itu udah normal dalam tanda kutip di sana," ungkap Dandhy Laksono sang sutradara yang melakukan riset empat tahun untuk membuat dokumenter ini. (agse/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini