Dalam laporan yang dirilis Kamis (02/05), organisasi hak asasi manusia tersebut mengatakan aplikasi digunakan polisi untuk mengetahui apakah ada tindakan yang mereka anggap mencurigakan, misalnya bersosialisasi dengan tetangga.
Aplikasi juga mengumpulkan data, misalnya besaran listrik yang digunakan oleh warga.
Sejauh ini belum ada komentar resmi dari pemerintah China tentang aplikasi tersebut.
Human Rights Watch menyebut, etnis Muslim Uighur yang tinggal di Xinjiang, kerap dipersekusi di China.
Sementara PBB mengatakan terdapat laporan yang kredibel bahwa sekitar juta warga di Xinjiang, tindakan yang mereka gambarkan sebagai bagian dari upaya memerangi terorisme dan ekstremisme.
- Operasi Muslim Uighur: 'Selama tujuh hari saya berada di dalam kamp neraka Cina'
- Investigasi BBC: Cina dirikan kamp-kamp rahasia untuk 'mendidik' umat Muslim Uighur
- Orang-orang Uighur kepada pemerintah Cina: 'Tunjukkan ayah dan ibu saya masih hidup'
Secara khusus, aplikasi ini menargetkan "tipe orang 36" yang harus diperhatikan oleh pihak berwenang.
Ini termasuk orang-orang yang jarang menggunakan pintu depan rumah mereka, menggunakan jumlah listrik yang tidak normal dan orang-orang yang melakukan ibadah haji tanpa izin negara.
Laporan itu tidak menyebutkan secara eksplisit etnis manapun yang secara khusus ditargetkan, namun "tipe orang 36" termasuk imam "tidak resmi -para pemimpin Islam- dan mereka yang mendalami doktrin Wahabi.
Informasi yang diambil dari aplikasi kemudian diinput ke dalam sistem pusat platform operasi gabungan terpadu (IJOP) - sistem utama untuk mengawasi massal di Xinjiang, kata HRW.
Peneliti senior China dari HRW, Maya Wang mengatakan, IJOP adalah "salah satu sistem pengawasan massa paling mengganggu di dunia".
"Sistem ini mengumpulkan informasi dari pos-pos pemeriksaan di jalan, pompa bensin, sekolah... menarik informasi dari fasilitas ini dan memantau perilaku "tak biasa" mereka yang memicu peringatan kepada pihak berwenang."
Aplikasi ini diperoleh dan dianalisis oleh HRW dalam kerjasama dengan Cure53, sebuah perusahaan keamanan berbasis di Berlin, Jerman.
- Muslim Uighur dan perlakuan Cina terhadap mereka, yang perlu Anda ketahui
- Muslim Uighur di Xinjiang: Indonesia harus desak Cina agar buka akses informasi
- Turki minta Cina tutup kamp detensi di Xinjiang
Selain operasi di Xinjiang, China juga memiliki 170 juta kamera pengawas atau CCTV di seluruh penjuru negeri dan jumlahnya diperkirakan melonjak menjadi 400 juta kamera pada 2020.
Semua ini adalah bagian dari tujuan China untuk membangun apa yang disebutnya "jaringan pengawasan kamera terbesar di dunia".
China juga membuat sistem "kredit sosial" yang dimaksudkan untuk menghitung skor perilaku dan interaksi publik semua warga negaranya.
Tujuannya adalah bahwa pada 2020, setiap orang di China akan terdaftar dalam basis data nasional yang luas yang mengumpulkan informasi fiskal dan pemerintah, termasuk pelanggaran lalu lintas, dan menyaringnya menjadi daftar peringkat setiap warga negara.
Kamp penahanan ChinaXinjiang adalah wilayah semi-otonom dan setidaknya, secara teori, memiliki wewenang untuk memerintahdaerahnya sendiri.
Etnis Uighur, salah satu suku minoritas Muslim di China, memiliki populasi sebesar 45% di Uighur.
Laporan HRW muncul ketika China menghadapi pengawasan atas perlakuannya terhadap mereka dan minoritas lainnya di Xinjiang.
Komite hak asasi manusia PBB menyebut, setidaknya, satu juga warga Uighur ditahan di kamp-kamp penahanan di Xinjiang.

Populasi etnis Uighur di China mencapai 45% (Getty Images)
Seorang anggota komite PBB mengatakan, dia prihatin dengan laporan bahwa Beijing telah mengubah wilayah otonom Uighur menjadi suatu yang menyerupai kamp penahanan besar-besaran.
Sebuah investigasi BBC tahun lalu mengungkap apa yang tampak sebagai "struktur penjara besar" telah dibangun di Xinjiang dalam beberapa tahun terakhir.
China mengatakan, bangunan ini adalah "pusat pelatihan kejuruan" yang digunakan untuk mendidik dan mengintegrasikan Muslim Uighur ke komunitas masyarakat China dan menjauhkan mereka dari separatisme dan ekstremisme.
Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying, mengatakan "Semua orang dapat melihat bahwa orang-orang dari semua etnis di Xinjiang hidup dan bekerja dalam kedamaian dan kepuasan dan menikmati kehidupan yang damai dan maju".
(nvc/nvc)