"Kesimpulan awal kematian badak diduga bukan karena penyakit infeksius," kata Kepala Balai TNUK, Anggodo dalam keterangan yang diterima detikcom di Pandeglang, Banten, Rabu (1/5/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasil pemeriksaan ini pun katanya baru bisa keluar sekitar 7 Mei mendatang. Lamanya waktu hingga pemeriksaan keluar lantaran adanya kesulitan, khususnya sampel yang dianalisis sudah tidak segar.
Anggodo menuturkan Manggala bukanlah kasus kematian pertama badak di TNUK. Dari catatan TNUK, sepanjang 2018 ada 2 badak yang mati, yakni Samson pada April dan Sari pada bulan Juli.
Kematian keduanya juga dibarengi dengan kelahiran 4 anak badak. Rekaman kamera pengintai mendapatkan video masing-masing 2 anak badak dari pasangan Dewi dan Puri berjenis kelamin jantan dan 2 anak badak betina dari pasangan Silva dan Desy.
Saat ini, tercatat ada 68 badak mendiami Ujung Kulon. TNUK terus berupaya untuk menyelamatkan populasi hewan soliter ini. Mulai dari perlindungan dari hama penyakit, penanaman jenis pakan, pembangunan sanktuari dan pembangunan habitat kedua.
"Upaya konservasi memberikan hasil dengan meningkatnya populasi badak jawa di TNUK pada tujuh tahun terakhir," ujarnya. (mae/gbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini