"Sebaiknya Mahfud Md meminta maaf atas komentarnya tersebut. Walaupun dia sudah menjelaskan makna pernyataan itu, namun tetap saja ada yang tidak menerima. Karena bagaimana pun, nalar awam tetap memahami bahwa pernyataan itu tidak baik," kata juru debat BPN, Saleh Partaonan Daulay kepada wartawan, Senin (29/4/2019).
Saleh mengatakan tak ada salahnya bila Mahfud Md meminta maaf atas pernyataannya, bukan berarti merendahkan dirinya. Ia menilai pernyataan maaf itu akan menunjukan sikap kenegarawanannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Beliau kan tokoh nasional yang disegani. Ucapannya selalu didengar dan dihormati. Karena itu, menurut saya, sebaiknya beliau hanya bicara pada saat yang tepat dan jika betul-betul diperlukan. Ibarat obat, ucapannya harus mampu membuat semua pihak merasa teduh dan terayomi," imbuhnya.
Sebab menurut Saleh, kalau Mahfud terlalu banyak berpendapat bisa jadi terdapat salah tafsir sehingga menyulitkannya saat mengklarifikasi. Saleh menilai apalagi Mahfud sudah dianggap sehingga jika mengurangi tampil di TV, tetap akan dikenal.
"Kalau terlalu banyak berpendapat, lalu ditafsirkan secara beragam, kemudian ada pula yang salah tafsir, nanti kerepotan menjelaskannya. Sulit mencari orang lain yang pas untuk menjelaskannya. Banyak tokoh nasional lainnya yang jarang bicara secara terbuka ke publik. Namun bukan berarti mereka diam. Mereka juga tetap sering dimintai pendapatnya pada lingkungan dan forum-forum terbatas," ungkapnya.
Sebelumnya, pernyataan soal 'Provinsi Garis Keras' itu disampaikan Mahfud dalam wawancara di salah satu stasiun TV. Video potongan wawancara yang berdurasi 1 menit 20 detik lalu beredar di media sosial. Pernyataan Mahfud ini kemudian direspons oleh tim Prabowo-Sandiaga, mulai dari Waketum Gerindra Fadli Zon hingga Koordinator Jubir BPN Prabowo-Sandi, Dahnil Anzar Simanjuntak, termasuk Said Didu.
Mahfud sudah memberi penjelasan, istilah 'garis keras' adalah istilah biasa dalam ilmu politik. Dia mengambil contoh daerah asalnya, Madura.
"Dalam term itu saya juga berasal dari daerah garis keras yaitu Madura. Madura itu sama dengan Aceh dan Bugis, disebut fanatik karena tingginya kesetiaan kepada Islam sehingga sulit ditaklukkan. Seperti halnya konservatif, progresif, garis moderat, garis keras adalah istilah-istilah yang biasa dipakai dalam ilmu politik," jelas Mahfud.
Saksikan juga video 'Update Real Count Pilpres 2019!':
(yld/dkp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini