Santunan Rp 2,45 M Bagi 49 'Pahlawan Demokrasi' di Jabar yang Gugur

Santunan Rp 2,45 M Bagi 49 'Pahlawan Demokrasi' di Jabar yang Gugur

Erna Mardiana - detikNews
Rabu, 24 Apr 2019 09:15 WIB
Foto: Mukhlis Dinillah
Bandung - Sebanyak 49 petugas pemilu di Jawa Barat meninggal dunia. Mayoritas mereka kelelahan karena proses penghitungan suara. Pemprov Jabar pun anggarkan Rp 2,45 miliar untuk santunan bagi keluarga yang ditinggalkan.

49 petugas pemilu yang meninggal itu terdiri dari 46 petugas elompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) dan tiga anggota Polri.

Gubernur menyatakan santunan akan langsung ditransfer ke nomor rekening para ahli waris. "Kita memberikan penghargaan bagi mereka yang kita sebut pahlawan demokrasi ini santunan Rp 50 juta. Saya minta jangan dilama-lamain. Nanti kami transfer, setelah data nomer rekening masuk dan data (keluarga petugas yang meninggal) terverifikasi," ungkap Emil.

Emil juga memerintahkan kepala daerah di tingkat Kabupaten Kota untuk menyiapkan layanan kesehatan bagi petugas pemilu yang masih bekerja.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Proses pemilu ini belum selesai. Mungkin emosinya belum stabil dan fisiknya melemah. Sampai minggu ketiga Mei kan masih berlangsung, jangan ada lagi berita tambahan yang meninggal dunia," tutur dia.

Emil berharap ke depan pelaksanaan pemilu serentak antara Pileg dan Pilpres dievaluasi, terutama terkait tugas teknis dalam menyelenggarakan proses demokrasi. Sehingga, tidak ada lagi nyawa manusia melayang karena pekerjaan yang terlalu berat.

"(Peristiwa) ini buah dari keputusan yang tidak dihitung secara maksimal. Evaluasi apapun pilihannya jangan sampai mengorbankan nyawa. Keputusan ini kan hasil dari keputusan semua (unsur pemerintah)," tegas dia.

Ketua KPU Jabar Rifqi Ali Mubarok mengapresiasi adanya perintah dari Gubernur Jabar kepada kepala daerah untuk melibatkan petugas medis di proses tahapan yang ada di kecamatan. Apalagi, ada beberapa petugas yang kondisi kesehatannya mulai terganggu.

"Jangan sampai peristiwa ini terulang saat proses rekap di kecamatan. Apalagi, durasinya (pekerjaannya) panjang. Satu hari memakan waktu 10 jam dan bisa berjalan satu minggu," ucapnya.

Rifqi mengakui penyelenggaraan pemilu tahun ini tidak mempersiapkan petugas kesehatan, malah fokus pada pengamanan. Ia beralasan, tidak memprediksi adanya peristiwa petugas yang meninggal dunia.

"Tapi sudah ada keterangan surat sehat sebelum memulai pekerjaan ini," ujar Rifqi.

Meski ternyata surat keterangan sehat itu hanyalah formalitas, seperti yang diungkapkan Petugas KPPS TPS 38, Karawang Kulon, Kecamatan Karawang Barat, Karawang, Roni Juanda (56). Roni merupakan pasien gagal ginjal.

Ia mengaku sedang menjalani proses dialisis atau cuci darah hingga saat ini. Roni pun menunjukkan alat cuci darah yang tertanam di tangan kirinya.

Menurut Roni, mengisi formulir kesehatan saat mendaftar jadi anggota KPPS hanya formalitas. "Ada sih cuma kami isi saja sehat tanpa menyertai surat keterangan sehat dari dokter," kata Roni.


Saksikan juga video 'Sandi Salat Gaib, Doakan Para Petugas KPPS yang Gugur':

[Gambas:Video 20detik]

(ern/err)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads