Seperti dilansir AFP, Selasa (23/4/2019), juru bicara pemerintahan Sri Lanka, Rajitha Senaratne, menyatakan pemerintahan mencurigai NTJ mendapat bantuan dari jaringan internasional dalam melancarkan serentetan ledakan bom mematikan di delapan lokasi terpisah pada Minggu (21/4) lalu saat perayaan Paskah.
"Kami tidak melihat bahwa organisasi kecil di negara ini bisa melakukan semua itu," sebut Senaratne dalam pernyataannya, merujuk pada NTJ.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dokumen-dokumen yang dilihat AFP menunjukkan bahwa Kepala Kepolisian Sri Lanka sebenarnya telah merilis peringatan pada 11 April lalu, yang isinya menyebut 'sebuah badan intelijen asing' melaporkan bahwa NTJ sedang merencanakan serangan-serangan terhadap gereja dan kantor komisi tinggi India di Sri Lanka.
Perdana Menteri (PM) Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe, mengaku dirinya tidak mendapat informasi tersebut. Dia telah memerintahkan dilakukannya penyelidikan untuk mencari tahu mengapa dinas intelijen Sri Lanka gagal mengambil tindakan atas informasi tersebut. "Kita harus mencari tahu mengapa langkah-langkah pencegahan tidak ditempuh. Baik saya maupun para menteri tidak diinformasikan," ujarnya.
Terkait NTJ atau yang disebut juga sebagai Jamaah Tauhid Nasional yang merupakan kelompok radikal Islam di Sri Lanka, kiprahnya tidak banyak diketahui. Salah satu kasus yang mengarahkan sorotan publik ke NTJ adalah aksi vandalisme terhadap patung-patung Buddha di Sri Lanka. Aksi NTJ ini memancing kemarahan publik Sri Lanka yang didominasi penganut Buddha.
Sekjen NTJ yang bernama Abdul Razik diketahui pernah beberapa kali ditangkap atas tuduhan menghasut kerusuhan antar agama di Sri Lanka.
Setelah sebuah insiden tahun 2016 lalu, kepala kelompok radikal Buddha, BSS, Galagodaatte memperingatkan akan ada 'pertumpahan darah' hingga Razik ditangkap. Gnanasara sendiri ditangkap terkait kasus lain, yakni mengintimidasi istri seorang wartawan setempat.
Tanda-tanda meningkatnya radikalisasi NTJ semakin mencuat sejak kelompok itu menyerang dan merusak patung-patung Buddha di Sri Lanka dengan palu. Pada Januari lalu, otoritas keamanan Sri Lanka menemukan 100 kilogram bahan peledak dan 100 detonator di dekat sebuah kawasan taman margasatwa setempat. Tidak ada kelompok yang dikaitkan dengan temuan peledak itu, namun otoritas Sri Lanka menyebut ada empat warga muslim radikal yang ditahan.
Dalam pernyataan terbaru, kantor Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena menyatakan sang presiden akan menemui para diplomat yang berkantor di Colombo untuk meminta bantuan internasional.
"Divisi intelijen telah melaporkan bahwa ada kelompok teror internasional di belakang teroris-teroris lokal. Bantuan internasional diperlukan untuk memerangi mereka," demikian pernyataan kantor kepresidenan Sri Lanka.
Simak Juga 'Ledakan Kembali Terjadi di Sri Lanka':
(nvc/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini