"Saya mengutuk apapun alasannya pengeboman seperti itu. Itu nggak benar, itu merusak nilai-nilai kemanusiaan," ujar Arsyad kepada detikcom di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Senin (22/4/2019).
"(Tindakan pelaku) tidak dibenarkan, sama sekali tidak dibenarkan," sambungnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arsyad menjelaskan, hubungan antar manusia apapun latar belakang agamanya harus inklusif, bukan eksekutif. Sifat inilah yang dicontohkan perguruan tinggi Muhammadiyah di seluruh Indonesia.
"Di Muhammadiyah kami itu inklusif, kami bergaul dengan siapa saja. Mungkin Mas kaget, perguruan tinggi kami yang di Papua, yang di Sorong, yang di Manokwari, yang di Kupang, mahasiswanya 80% nasrani," tuturnya.
Lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan perserikatan Muhammadiyah, kata Arsyad, selama ini tak pernah membeda-bedakan murid-muridnya. Filosofi inilah yang selama ini dipegang Muhammadiyah.
"Mencerdaskan kehidupan bangsa, itu tujuan Kiai Dahlan. Bukan mencerdaskan kehidupan orang Islam saja. Jadi kami selalu inklusif untuk pendidikan, siapapun yang tertarik menimba ilmu di Muhammadiyah silakan," tutupnya.
Simak Juga "Hormati Korban Bom Sri Lanka, Menara Eiffel Gelap Gulita":
(ush/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini