Sehari-harinya, abah Aman yang berusia 85 tahun ini, bekerja sebagai pengangkut sampah. Kakek itu biasa berkeliling di sekitar pasar dekat Stasiun Padalarang dan Gedung Lima. Terkadang, ia memungut sampah hingga ke kampung tetangga di Cipulus.
Badannya mulai bungkuk. Jalannya sedikit gontai saat memikul karung di pundaknya. Biasanya, abah Aman mencari sampah mulai pukul 06.00 dan baru pulang petang ke 'rumah' semak belukar.
Masyarakat di sekitar Ciloa kenal betul dengan sosok Aman, karena terkadang ia bekerja hanya mengenakan sehelai sarung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk menghangatkan badan dari dinginnya malam, Aman biasa membakar sampah yang dipungutnya di siang hari. Abu dan sisa pembakarannya, ia tutupi dengan pasir yang ia gali sebelum merebahkan badan di atasnya.
"Kalau dingin ya dingin, banyak nyamuk kalau malam. Tapi abah sudah biasa," ucap Aman.
![]() |
"Saya tinggal sendiri, tidak menikah," ujarnya.
Bila hujan datang di kala malam, Aman biasanya berteduh di pos ojek yang dekat dari semak belukar tempat tinggalnya.
Sebelumnya, dia pernah menjadi terapis pengobatan alternatif. Namun, pekerjaan itu tak ia tekuni secara maksimal. "Enggak tahu abah juga, tiba-tiba seperti ini saja," katanya.
Melihat kondisi Aman yang sebatang kara, tetangga sekitar kerap memberikan bantuan berupa makanan atau pakaian. "Kalau pakaian enggak dibakar, tapi dijual untuk membayar utang saya ke warung-warung," ucap Aman.
Ironinya, lokasi tempat tinggal Aman kurang dari 600 meter dari area perkantoran Pemkab Bandung Barat. Namun, hingga kini belum ada bantuan yang datang. "Kalau dari Pemkab belum ada, tapi kemarin ada teman-teman dari komunitas sosial dan mahasiswa mau membangunkan bale untuk Abah Aman," ujar Syaeful (35), warga sekitar kepada detikcom.
![]() |
"Enggak mau merepotkan katanya, kayu untuk rumahnya juga dibakar. Tetangga juga sebenarnya banyak yang peduli," kata Syaeful. (bbn/bbn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini