Peneliti LSI Rully Akbar mengatakan perbedaan yang cukup signifikan itu terjadi karena masyarakat lebih fokus pada pemilihan capres. Menurutnya, tidak semua yang datang ke TPS mencoblos surat suara pileg.
"Kenapa lebih besar pileg daripada pilpres? Karena dari dua event besar ini memang pileg diangkat sebagai 'anak tiri' karena orang lebih fokus ke pilpres. Mereka lebih militansi datang ke TPS dan lebih memilih pilpres daripada pileg," ujar Rully di gedung LSI Denny JA, Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis (18/4/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Lebih lanjut, Rully mengatakan hal ini menjadi salah satu efek diadakannya pemilu secara serentak. Menurutnya, momen pilpres yang begitu ramai diperbincangkan menutup pengetahuan masyarakat akan caleg di daerah masing-masing.
"Mereka lebih milih pilpres yang pilihannya lebih jelas, hanya dua pasangan, sedangkan kalau pileg kan beragam, ada konteks DPD, DPR RI, DPR kab/kota, dan ketika ini dilaksanakan secara bersamaan, waktu mereka menggali siapa caleg di wilayahnya masing-masing terhenti dan terganggu dengan momen pilpresnya," katanya.
Perbedaan angka itu, jelas Rully, diambil dari tingkat partisipan yang menjadi sampelnya. LSI mengambil sampel sebanyak 2.000 TPS secara nasional dengan teknik multistage random sampling. Dengan margin of error kurang-lebih 1 persen.
"Itu tingkat partisipan yang kita ambil sebagai sampel di 2.000 TPS tadi. Kalau tingkat partisipan secara nasional kita belum dapat angkanya karena kan belum fixed, kita tunggu aja hasil dari KPU. Kan ada suara tidak sah, suara yang tidak keisi, itu masih diteliti," katanya.
Tonton video QC LSI Denny JA: 9 Partai Lolos Parlemen, Siapa Saja?:
(eva/idn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini