TPS Benda Kerep Cirebon Ganti Tinta Pemilu dengan Kunyit

Cirebon - Hari ini, Rabu (17/4/2019), pesta demokrasi di Indonesia berlangsung. Banyak cara yang dilakukan masyarakat Indonesia merayakan pesta demokrasi lima tahunan ini. Seperti dekorasi TPS atau pakaian yang digunakan petugas TPS yang serba unik dan lainnya. Tujuannya, agar meningkatkan partisipasi masyarakat untuk menggunakan hak pilih dan berdemokrasi dengan kegembiraan.

Baca juga: Gara-gara 4 Petugas KPPS Mabuk, TPS di Mimika Telat Gelar Pencoblosan

Salah satu keunikan ada di Kampung Benda Kerep, Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, Jawa Barat. Empat TPS yang ada di sini mengganti tinta pemilu berwarna biru dengan ekstrak kunyit berwarna kuning. Penggunaan tinta kunyit tersebut sudah dilakukan sejak dulu.

Masyarakat menganggap penggunaan tinta bisa menimbulkan keraguan dalam salat. Sehingga, kunyit yang berbahan alami menjadi solusi untuk menghilangkan keraguan masyarakat. KPU menyepakati keinginan masyarakat tersebut.

"Alasannya itu bisa menjaga kebersihan dan kesucian dalam beribadah. KPU memfasilitasi tinta kunyit ini," kata Ketua TPS 57 Kampung Benda Kerep Muhammad Yahya Al Mubarok kepada detikcom, Rabu (17/4/2019).

Foto: Sudirman Wamad

Yahya mengatakan tingkat partisipasi pemilih di Kampung Benda Kerep terbilang tinggi. "Bisa sampai 90 persen partisipasinya. Ya sejak pagi masyarakat sudah antusias," kata Yahya.

Sementara, Ketua KPU Kota Cirebon Didi Nursidi menyebut ada empat TPS yang menggunakan kunyit di Kampung Benda Kerep, yakni TPS 57, 58, 59 dan 60. Total DPT di empat TPS itu mencapai 894 jiwa.

"Kampung Benda Kerep ini termasuk kampung religius, pesantren. Artinya masuk kategori inklusif, partisipasinya tinggi. Rata-rata antara 80 sampai 90 persen dari total DPT," kata Didi.

Foto: Sudirman Wamad

Penggunaan kunyit di empat TPS yang ada di Benda Kerep, kata Didi, tak menjadi masalah. Menurutnya penggunaan kunyit tersebut berkaitan dengan tradisi masyarakat Benda Kerep.

"Masyarakat itu percaya kalau benda yang melekat di tubuhnya, bukan alamiah akan menghalangi wudu. Sehingga diperbolehkan, kita menjaga tradisi. Itu sudah sejak lama," ucapnya. (tro/tro)