Ribut-ribut Presiden-Eks Presiden Ekuador di Balik Penangkapan Julian Assange

Ribut-ribut Presiden-Eks Presiden Ekuador di Balik Penangkapan Julian Assange

Novi Christiastuti - detikNews
Jumat, 12 Apr 2019 13:03 WIB
Julian Assange usai ditangkap di London (Reuters)
Quito - Mantan Presiden Ekuador, Rafael Correa, melontarkan kritikan keras terhadap penggantinya, Presiden Ekuador saat ini, Lenin Moreno, terkait penangkapan pendiri WikiLeaks Julian Assange dari Kedutaan Besar (Kedubes) Ekuador di London, Inggris. Correa menyebut penangkapan Assange sebagai 'balas dendam pribadi' Moreno.

Seperti dilansir Reuters, Jumat (12/4/2019), Assange ditawari suaka dan status pengungsi tahun 2012 oleh Correa, yang saat itu menjabat sebagai presiden. Bahkan Assange yang warga negara Australia ini, kemudian mendapatkan status warga negara Ekuador.

Namun hubungan Assange dengan Ekuador memburuk di bawah Presiden Moreno, pengganti Correa. Beberapa waktu lalu, sebelum Assange ditangkap, Moreno menuduh Assange melanggar ketentuan suaka yang diberikan kepadanya. Ekuador menuduh Assange membocorkan informasi soal kehidupan pribadi Moreno.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Dalam pernyataan terbaru saat mengomentari penangkapan Assange di London, Correa mengkritik Moreno sebagai 'pengkhianat terbesar'.

"Pengkhianat terbesar dalam sejarah Ekuador dan Amerika Latin, Lenin Moreno, membiarkan polisi Inggris untuk memasuki kedutaan kita di London untuk menangkap Assange," cetus Correa dengan nada kritikan.

"Moreno adalah pria korup, tapi apa yang dilakukannya adalah kejahatan yang tidak akan pernah dilupakan kemanusiaan," imbuhnya.

Correa juga menyebut penangkapan Assange sebagai aksi 'balas dendam pribadi' Moreno terhadap WikiLeaks. Disebutkan Correa bahwa Moreno meyakini WikiLeaks telah membocorkan foto-foto pribadi Moreno dan keluarganya ke media sosial beberapa waktu lalu, juga membocorkan dokumen mengejutkan yang menyeret Moreno dan keluarganya dalam pusaran korupsi.


Kasus korupsi yang dimaksud Correa, seperti dilansir Russian Times (RT), disebut sebagai 'INA Papers'. Nama INA Papers merujuk pada sebuah perusahaan lepas pantai, yang diduga dipakai Moreno untuk aktivitas korup. Dokumen yang mengungkap keterkaitan antara perusahaan yang dimiliki saudara laki-laki Moreno dan berbagai operasi gelapnya itu bocor ke publik pada Februari lalu, bahkan hingga memicu penyelidikan kongres di Ekuador.

WikiLeaks telah menyangkal ada di balik kebocoran itu, tapi Moreno meyakini sebaliknya.

"Moreno tahu bahwa dirinya dan keluarganya akan masuk penjara terkait korupsi dan pencucian uang. Jadi sebelum dia pergi, dia ingin membahayakan sebanyak mungkin orang, termasuk Julian Assange. Dia memutuskan untuk menghancurkan orang lain sebelum masuk penjara," tuduh Correa dalam pernyataan kepada RT.

"Dia (Moreno-red) digerakkan oleh kebencian patologis dan dalam hasratnya untuk membalas dendam, itulah mengapa dia memberikan Assange kepada polisi Inggris," tegas Correa.


Lebih lanjut, Correa menyebut penangkapan Assange telah melanggar Konstitusi Ekuador. "Bukan Rafael Correa, yang memberikan suaka kepada Julian Assange. Yang memberikan adalah negara Ekuador. Dan negara Ekuador harus melindungi sosok yang telah dijanjikan akan dilindungi sesuai hukum internasional dan kebanggaan nasional. Namun mereka malah menyerahkannya, mengizinkan polisi Inggris masuk ke kedutaan kita," ucap Correa kepada RT.

Correa menyebut Moreno pada dasarnya telah menjual 'kepala Assange' kepada Amerika. Diketahui bahwa penangkapan Assange oleh polisi Inggris didasari atas permintaan ekstradisi Amerika Serikat (AS). Departemen Kehakiman AS telah mendakwa Assange atas konspirasi peretasan terkait pembocoran dokumen rahasia AS oleh WikiLeaks beberapa tahun lalu.

Rafael CorreaRafael Correa Foto: REUTERS/Eric Vidal

Belum ada komentar dari Moreno terkait kritikan dan tuduhan yang dilontarkan Correa ini.

Dalam pernyataan via video pada Kamis (11/4) waktu setempat, seperti dilansir The Guardian, Moreno menuduh Assange melanggar ketentuan suaka yang secara 'dermawan' diberikan Ekuador. Moreno juga menuduh Assange mencampuri urusan internal negara-negara lain. Bahkan Moreno mengklaim Assange memasang perlengkapan elektronik rahasia di dalam Kedubes Ekuador di London, yang menjadi tempat tinggal Assange sejak tahun 2012.


Tidak hanya itu, Moreno juga menuduh Assange berperilaku kasar pada petugas keamanan kedutaan serta 'mengakses dokumen keamanan kedutaan tanpa izin'. Tuduhan terakhir dari Moreno menyebutkan bahwa WikiLeaks telah secara langsung 'mengancam pemerintah Ekuador'. Tuduhan ini berkaitan dengan klaim tim hukum WikiLeaks yang mengklaim Ekuador secara ilegal memata-matai Assange di dalam kedutaan.

Lenin Moreno saat mengumumkan pencabutan suaka terhadap AssangeLenin Moreno saat mengumumkan pencabutan suaka terhadap Assange Foto: @lenin/via REUTERS
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads