Dilansir dari AFP, Selasa (9/4/2019). Salah satu organisasi LSM mengatakan aksi mogok makan itu dilakukan karena kegagalan negosiasi dengan petugas administrasi tahanan dan mereka menolak tahap tuntutan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, kelompok Hamas merasa keberatan dengan alat pemblokir sinyal yang dipasang di sekitar tahanan. Mereka mengatakan keberadaaan alat itu mempersulit mereka berkomunikasi dengan pihak luar.
Namun, tidak ada respon dari pihak penjara terkait protes para tahanan itu. Pihak penjara juga tak memberi penjelasan maksud atau tujuan atas pemasangan alat jammer.
Seorang pejabat mengatakan pemblokir komunikasi tetap dilakukan agar mengetahui serangan dari luar seperti yang dilakukan pada tahun sebelumnya.
Tahanan Palestina melakukan aksi mogok makan untuk menyoroti keadaan mereka, tetapi ini bisa menjadi yang terbesar sejak April 2017, ketika sekitar 800 orang menolak makanan. Protes itu akhirnya berakhir sebulan kemudian setelah negosiasi.
Diketahui, warga Israel akan melakukan pemungutan suara untuk pemilihan parlemen pada 9 April 2019.
(fai/haf)