"Untuk menjaga tren positif itu kami terus mengoptimalkan masa kampanye terbuka dan debat capres untuk memastikan kemenangan dan mendorong agar selisih hasil akhir penghitungan suara agak besar untuk menghindari sengketa pilpres," kata juru bicara BPN Suhud Alynudin kepada wartawan, Senin (8/4/2019).
Suhud mengatakan hasil survei Puskaptis itu membuktikan swing voters banyak yang menjatuhkan pilihan ke Prabowo-Sandi. "Hasil survei itu juga memperlihatkan swing voters kemungkinan besar akan menjatuhkan pilihan pada pasangan Prabowo-Sandi," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, kata Suhud, hasil survei tersebut linear dengan antusiasme masyarakat terhadap Prabowo-Sandi. Menurut dia, kampanye Prabowo-Sandi selalu dipadati massa.
"Hasil survei itu sesuai dengan fakta yang diperlihatkan selama pelaksanaan kampanye terbuka, di mana kampanye Prabowo-Sandi selalu dipenuhi oleh masyarakat," sebutnya.
"Masyarakat datang berbondong-bondong secara mandiri tanpa mobilisasi dan tanpa iming-iming uang dan sembako," imbuh Suhud.
Puskaptis menyatakan Prabowo-Sandi unggul tipis atas Jokowi-Ma'ruf Amin. Elektabilitas Prabowo-Sandi disebutkan sebesar 47,59 persen, sementara Jokowi-Ma'ruf 45,37 persen.
Penelitian dilakukan pada 26 Maret-2 April 2019 dengan jumlah responden 2.100 orang. Metode yang dilakukan adalah random sampling dengan margin of error +/- 2,4 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Survei Puskaptis berbeda dengan sejumlah lembaga survei lainnya. Mayoritas lembaga survei yang merilis hasil surveinya menyebut Jokowi-Ma'ruf lebih unggul dari Prabowo-Sandiaga.
Pada Pilpres 2014, Pukaptis dan tiga lembaga riset lainnya, yakni Lembaga Survei Nasional (LSN), Indonesia Research Center (IRC), dan Jaringan Suara Indonesia (JSI), memenangkan pasangan Prabowo-Hatta Rajasa padahal lembaga survei lainnya merilis hasil Jokowi-Jusuf Kalla yang menang, dengan selisih angka tidak jauh dari real count KPU. (tsa/elz)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini