"Mengapa kesehatan gigi perlu sekali? Karena kita memang memanggil juga orang tua karena nggak bisa hanya anak-anak harus juga bersama orang tuanya. Jadi untuk kesehatan gigi harus diajarkan sedini mungkin. Karena ini masih banyak saya anak-anak temui yang belum sikat gigi. Jadi kesadaran akan giginya masih kurang. Oleh karena itu ini tanggung jawab bersama maka dari sisi CT Arsa Foundation memutus mata rantai melalui kesehatan dan pendidikan," ucap Anita di Desa Tapos Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu, (23/3/2019).
Penyuluhan ini berlangsung dua hari sampai hari minggu (24/3) diikuti oleh 500 peserta. Untuk menunjang kegiatan ini, CT Arsa Foundation menyiapkan mobil kesehatan hingga mobil multimedia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Jadi mereka kita ajarkan kesehatan gigi, lingkungan, dan segalanya. Bagaimana menjemput? Kami menyiapkan ada mobil sehat, ada mobil pintar, ada juga mobil multimedia, dan ada juga mobil iqro," ujar Anita.
Dalam penyuluhan kesehatan gigi, anak-anak dan orang tua diajarkan bagaimana membersihkan gigi yang benar. Tidak ketinggalan, para anak diberikan sikat dan pasta gigi gratis.
Untuk ke depannya, kegiatan ini tidak hanya sekali dilakukan, namun akan terus berlanjut. Hal ini dilakukan untuk menimbulkan sadar kesehatan gigi kepada para anak dan orang tua.
"Nanti ini tidak sekarang saja, nanti kita datangi lagi, bagaimana mana ada perubahan atau tidak, seperti tadi orang tuanya, anak-anak jarang sikat gigi. Kadang-kadang sikat gigi dipakai buat rame-rame, nanti kita datang lagi ke sini, sampai mereka ada kesadaran akan lingkungannya" jelas Anita.
Selain mengadakan penyuluhan kesehatan gigi dan dongeng, CT Arsa Foundation juga menghampiri para warga di sekitar lokasi. Salah satu yang dihampiri adalah bapak Asim pengerajin nampah.
![]() |
Anita memborong 30 nampah dari Asim. Setiap 1 nampah dibuat dalam 3 hari dihargai oleh Asim Rp 10 ribu yang dalam sebulan dapat memproduksi 10 nampah.
"Ini berapa harganya satunya?" kata Anita.
"Rp 10 ribu," jawab Asim.
"Saya beli nampahnya 30 Pak," ujar Anita.
Asim mengaku saat ini berusia 90 tahun dan telah 4 tahun menjadi pengerajin nampah. Anita pun sempat meminta Asim untuk mengajari menganyam nampah.
![]() |
Asim dalam sebulan bisa mendapatkan Rp 300 ribu dari berjualan nampah. Dia pun merasa cukup uang sebesar itu untuk makan sehari-hari.
"Sebulan dapat berapa dari jualan nampah?" tanya Anita.
"Rp 300 ribu," sebut Asim.
"Cukup untuk sehari-hari?" lanjut Anita.
"Ya cukup buat makan, beli beras, gula," jawab Asim.
Setelah itu Anita memberikan sembako kepada Asim. Anita yang didampingi Komunitas Arsa Bogor pun menyampaikan pesan agar memiliki rasa bersyukur.
"Ini pelajar untuk kita semua harus bersyukur, beliau (Asim) Rp 300 ribu sebulan dan dia bisa berkarya nih buat ini (nampah). Jadi kita nggak boleh mengeluh, harus bersyukur," imbuh Anita. (hri/hri)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini