Papagarang, begitulah nama pulau ini tertulis. Namanya mudah diingat karena seolah terdiri dari dua kata yakni 'papa' dan 'garang'. Sebenarnya ini tak ada hubungannya dengan papa yang garang, melainkan dinamai demikian karena salah sebut.
"Dulu nama tempat ini adalah Pulau Keramat, berubah menjadi Papagarang sesudah masuk penduduk baru. Nama itu berasal dari sebutan lokasi penggaraman ikan, yakni 'panggaramang'," kata Sekretaris Desa Papagarang, Ridwan (32), kepada detikcom di rumahnya, Kamis (28/2/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pulau ini dihuni 1.429 jiwa dan 450 kepala keluarga. Mereka tinggal di 325 rumah. Mayoritas penduduk bekerja sebagai nelayan. Pekerja pariwisata hanya ada tiga orang, yakni sebagai pemandu wisata (natural guide/ranger) di Loh Buaya, Pulau Rinca, Taman Nasional Komodo. Ridwan menilai turisme bisa dikembangkan di sini untuk memajukan kehidupan warga.
"Selama ini Papagarang bukan tujuan khusus, kalau pun ada wisatawan biasanya mereka hanya jalan-jalan ke kampung, melihat warga. Tapi untuk trekking ke bukit, belum pernah," kata Ridwan.
![]() |
Ada tiga wisata unggulan di Papagarang. Ketiga destinasi ini dirumuskan oleh Desa, namun belum ada petunjuk jalan atau papan nama yang dipasang di lokasi. Berikut adalah tiga wisata unggulan di Papagarang:
1. Busan
Busan bukanlah nama tempat di Korea Selatan, namun di Pulau Papagarang. Busan adalah singkatan dari 'bukit santai'. Letaknya persis di dermaga kayu pulau ini.
Kami mencoba naik ke Busan melewati halaman belakang rumah warga. Ternyata memang belum ada jalur khusus untuk naik ke atas. Bebatuan yang mudah lepas perlu dilalui untuk mencapai bagian atas.
Sesampainya di atas, pengunjung bisa duduk-duduk santai di bawah pohon. Terik mentari di siang hari sirna menjadi keteduhan dengan angin sepoi-sepoin di bawawh pohon. Pemandangan bagian depan adalah dermaga dan laut biru bersih. Pengunjung tak perlu risau dengan kehadiran reptil komodo, karena hewan itu tidak ada di pulau ini.
![]() |
2. Hutan bakau
Hutan bakau terletak di bagian pojok timur desa. Di siang hari, perjalanan menuju hutan bakau bisa membuat pengunjung bercucuran keringat. Perjalanan melewati kampung harus melalui jalan becek usai diguyur hujan.
Ridwan menjelaskan, pohon bakau di sini sengaja ditanam oleh warga dengan koordinasi Balai Taman Nasional Komodo.
Saat kami mengunjungi hutan bakau, keadaannya masih sekadar berupa rumpun bakau yang menghampar, tidak ada dermaga tempat pengunjung bisa menembus rumpun bakau itu.
3. Lokasi snorkeling
Lokasi snorkeling ada di sebelah barat desa, di depan pasir putih yang tergelar. Titik ini bisa ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 1 km dari dermaga utama. Pengunjung perlu melewati permukiman warga, ucapkanlah 'tabe' atau 'tabik' sebagai kata permisi.
Di perjalanan, pulau cantik ini seolah memberi tahu bahwa dirinya sedang punya masalah sampah, soalnya bungkus makanan dan botol plastik mudah dijumpai di sudut-sudut pulau, meskipun belum bisa dibilang sangat banyak.
Sesammpainya di pantai, saya diantar oleh warga bernama Budi (28) ke tengah. Air laut jernih bak kristal sehingga terumbu karang di bawahnya terlihat jelas. Kejernihan air di sini hampir sama dengan beningnya air minum di dispenser, kesan kebiru-biruan atau kehijau-hijauan hanya sedikit saja di titik ini. Bintang laut berwarna oranye di pasir pantai telah berganti bintang laut berwarna biru di tengah laut. Ikan-ikan aneka warna muncul dari balik karang.
![]() |
Baca juga: Menyambangi Pulau Rinca, Awas Nabrak Komodo! |
Selain tiga lokasi yang coba digarap Desa, saya juga mencoba menaiki bukit pulau ini untuk melihat Bukit Keramat. Saya diantar oleh dua anak kecil bernama Fadil (9) dan Randi (9) sampai ke pojok timur desa, sekitar 1 km dari dermaga utama. Mereka mempersilakan kami berdua untuk naik sendiri ke atas bukit karena perjalanan bakal melelahkan.
Fadil dan Randi berpesan, ikuti saja jalan setapak sampai puncak bukit. Ternyata kami tak menemukan jalan setapak. Ini benar-benar seperti bukit yang baru pertama kali didaki. Bila dipandang dari jarak jauh, bukit ini mirip seperti hamparan rumput hijau mulus, namun begitu didaki gunung ini terdiri dari bebatuan terjal dan rawan lepas dari pijakan. Alas kaki yang kokoh dan elastis sangat disarankan bila mendaki di sini.
Kemiringan permukaannya bisa membuat pengunjung terintimidasi. Butuh setengah jam perjalanan untuk sampai puncak setinggi kurang lebih 250 meter ini. Di puncak, terlihat dua bukit kembar. Itulah yang disebut bukit keramat. Bukit yang kami pijak disebut Bukit Keramat berjenis laki-laki, dan di seberang sana adalah bukit yang perempuan. Panorama kawasan Komodo terlihat agung dari atas sini.
Baca berita lainnya mengenai Teras BRI Kapal Bahtera Seva di Ekspedisi Bahtera Seva.
(dnu/idn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini