"Dua tahun saya tidak pakai mobil dinas, nggak masalah buat saya. Nggak perlu karena saya bisa pakai mobil pribadi," kata Irna kepada wartawan, Rabu (20/3/2019).
Mobil dinas diakui Irna dibeli untuk kepentingan menyambangi warga. Namun bila mobil itu dikritik dan harus dikembalikan, maka dia tidak akan menggunakannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya beli mobil untuk siapa? Untuk masyarakat. Kalau nggak boleh ya balikin lagi. Saya asyik-asyik saja. Bangun Pandeglang itu suatu tantangan," kata Irna.
Selain itu, alasan pembelian mobil dinas karena Pemkab sering kali menyewa kendaraan. Irna mengatakan selama ini dirinya harus menyewa mobil juga datang tamu kenegaraan di Pandeglang. Hal ini menurutnya pemborosan karena mengeluarkan anggaran besar.
"Jadi nggak perlu nyewa Alphard satu hari Rp 1,5 juta. Kalau dihitung budget besar, jadi tidak untuk bupati saja, tapi untuk hal-hal lain di pemerintahan kami," ujarnya.
Tapi Irna mengaku heran mobil dinas baru yang dibeli harganya Rp 1,9 miliar. Padahal setahu Irna, harga Land Cruiser Prado Rp 1,3 miliar.
"Saya nggak tahu (harga), yang saya tahu Rp 1,3 miliar. Kok bisa segitu?" ujarnya.
Irna mempersilakan wartawan mengecek langsung harga mobil dinas ke pihak pengadaan. Sebab, urusan pengadaan mobil, disebut Irna, bukan kewenangannya.
Tapi dia mengetahui soal penunjukan langsung yang digunakan untuk pengadaan mobil dinas. Metode itu dilakukan karena dua kali gagal lelang.
"Lelang sudah dua kali gagal itu bisa dilakukan penunjukan langsung," sebutnya.