Sekum HP2B Rahmad Ariandi mengatakan seharusnya sekuriti memberikan rasa aman dan nyaman. Tapi yang terjadi sejak alih kelola tersebut, pedagang asongan atau PKL malah semakin merajalela. Bahkan mereka menjual secara paksa terhadap pengunjung.
"Pengunjung itu dikejar terus sama mereka (asongan) sampai jadi beli. Belum lagi preman mabuk sekarang berani masuk dan mengganggu pengunjung. Bahkan kemarin sampai berkelahi karena ada guide melindungi tamunya dari preman," ujar Rahmad.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pedagang juga mempertanyakan mengenai sejumlah fasilitas yang tidak semuanya berfungsi seperti AC, eskalator, lift dan lampu. Rahmad mencontohkan AC yang menyala seperti bergantian setiap lantai. Begitu juga lampu yang nyala bergantian setiap lorong.
Belum lagi, kata Rahmad, jam operasional lift yang biasa mulai pukul 8.00 WIB hingga 20.00 WIB kini hanya pukul 10.00 WIB hingga 18.00 WIB. Sama halnya eskalator yang berjalan tidak konsisten, kadang naik atau turun.
"Kenapa sih jadi seperti ini? Padahal kewajiban kita sebagai pedagang selalu dibayar," keluhnya.
Rahmad mengaku setiap ada keluhan atau kejadian pihaknya selalu melaporkan ke pihak pengelola. Keluhan atau laporan tersebut memang ditindaklanjuti. Namun beberapa jam kemudian hal serupa kembali terjadi.
Sementara itu Ketua HP2B Iwan Suhermawan menilai sejak alih kelola dilakukan jumlah pengunjung ke Pasar Baru terus berkurang. Normalnya, kata Iwan, sehari terdapat 25-40 ribu pengunjung. Tapi kini jumlah tersebut turun menjadi 20-30 ribu pengunjung per hari.
"Kita sudah kasih kesempatan satu bulan (alih kelola), dua bulan, tapi tidak ada upaya. Idealnya PD Pasar itu bisa melakukan upaya promosi untuk menarik pengunjung. Tidak seperti saat ini," ujar Iwan. (tro/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini