"Ulama kok dilepas? Itu mah nggak bisa, nempel aja itu mah, gimana sih. Jadi yang pengusaha nggak bisa juga, politisi nempel juga, ulama nempel juga. Apanya yang dilepas?" kata Ma'ruf di kediamannya, Jalan Situbondo, Jakarta Pusat, Jumat (15/3/2019).
Ma'ruf mengaku sudah melakukan persiapan matang untuk debat menghadapi Sandiaga Uno nanti. Hal utama yang dilatihnya adalah berbicara dengan batasan waktu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia juga menyampaikan 'jurus' khusus untuk menyerang lawan debat nanti. Ma'ruf tak ingin menyamakan debat pilpres dengan pertarungan silat.
Baca juga: KPU: Komite Damai akan Mobile Saat Debat |
"Ah nggak usah pakai juruslah, kayak silat aja. Pakai jurus kayak silat aja," pungkasnya.
Saran melepaskan 'jubah ulama' itu sebelum disampaikan oleh pengamat politik Hendri Satrio. Menurutnya, ulama itu setingkat dengan guru sehingga tidak boleh didebat.
"Kiai Ma'ruf masih menggunakan 'jaket ulama', dia masih jadi Ketua MUI. Kalau sepengetahuan saya itu, ulama nggak boleh didebat. Ulama ini levelnya di atas kita. Ini guru kita," ujar pengamat politik Hendri Satrio dalam diskusi 'Siapa Berani Mendebat Ulama' yang digelar Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (Kedai Kopi) di Restoran Ajag Ijig, Jakarta Pusat, Kamis (14/3).
Hendri menyebut 'jaket ulama' Ma'ruf akan menyulitkan Sandiaga. Untuk itu, Hendri menyarankan Ma'ruf menegaskan diri sebagai cawapres.
"Dia harus katakan bahwa saya Ma'ruf Amin sebagai wakil presiden 01. Itu fair," kata Hendri.
Simak Juga "Membedah Ide 'Halal' Ma'ruf Amin untuk Sajian Debat Ketiga":
(abw/dkp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini