Keduanya melarang Boeing 737 Max melintas di atas ruang udara mereka untuk memastikan keselamatan penumpang.
Kementerian Penerbangan Sipil India mengumumkan bahwa mereka "segera" menghentikan sementara penerbangan dengan pesawat jenis tersebut.
Mereka mengatakan: "Pesawat-pesawat tersebut akan dilarang terbang hingga dilakukan perbaikan yang layak dan langkah-langkah pengamanan diambil untuk memastikan keselamatan operasional penerbangan."
Keputusan India mengikuti langkah Badan Keselamatan Penerbangan Uni Eropa yang melarang penerbangan pesawat tersebut untuk sementara sebagai "tindakan pencegahan".
Para penyelidik telah mendapatkan perekam data penerbangan (flight data recorders/FDR) dari pesawat Ethiopian Airlines yang jatuh hari Minggu lalu dan tengah memeriksanya untuk menentukan penyebab jatuhnya pesawat.
Badan Keselamatan Penerbangan Uni Eropa menyatakan: "Penyelidikan terhadap kecelakaan tengah dilakukan, dan kini terlalu awal untuk menyimpulkan penyebab kecelakaan tersebut."
- Pesawat Ethiopian Airlines jatuh: Indonesia larang terbang sementara Boeing 737 Max-8
- Maskapai mana saja yang mengoperasikan Boeing 737 Max 8
- Pesawat Ethiopian Airlines jatuh: Cerita keluarga soal Harina Hafitz, WNI yang menjadi korban
Sebelumnya, Inggris, Uni Emirat Arab, Malaysia, dan Oman melarang pengoperasian Boeing 737 Max menyusul jatuhnya pesawat jenis ini yang dioperasikan Ethiopia Airlines.
Akhir Oktober lalu, pesawat jenis ini yang dioperasikan Lion Air jatuh di Laut Jawa. Kedua pesawat jatuh beberapa menit setelah lepas landas.
Otorita Penerbangan Sipil Inggris, CAA, mengatakan pelarangan operasional Boeing 737 Max di wilayah udara negara tersebut "sebagai langkah berjaga-jaga".
Sementara itu, keputusan Uni Emirat Arab diambil setelah otorita penerbangan di negara tersebut mencapai kesepakatan dengan Boeing dan otorita di Amerika Serikat untuk melakukan investigasi, kata kantor berita Reuters dengan mengutip kantor berita resmi di Dubai, WAM.
Keputusan yang sama diambil oleh otorita di Malaysia, Oman, Singapura dan Australia.
Hanya ada dua maskapai yang menggunakan pesawat jenis untuk melayani rute ke Australia, yaitu SilkAir and Fiji Airways.
Shane Carmody, pejabat di Otorita Keselamatan Penerbangan Sipil Australia, mengatakan larangan terbang diberlakukan sementara pihaknya "mendapatkan lebih informasi tentang kajian risiko keselamatan".

Otorita Penerbangan Sipil Singapura (CAAS) juga untuk sementara melarang semua varian pesawat Boeing 737 Max memasuki atau keluar dari wilayah negara tersebut.
CAAS menyebutkan pelarangan itu berlaku pada Selasa (12/3) pukul 14.00 waktu setempat dan berdampak pada berbagai maskapai, termasuk SilkAir yang mengoperasikan enam Boeing 737 Max 8, China Southern Airlines, Garuda Indonesia, Shandong Airlines, dan Thai Lion Air.
Di Korea Selatan, pihak berwenang telah meminta maskapai Eastar Jet, satu-satunya maskapai yang mengoperasikan Max 8, untuk menghentikan pemakaian pesawat ini untuk sementara, kata kantor berita AFP.
Di Afrika Selatan, maskapai swasta Comair mengatakan sudah tak lagi mengoperasikan Boeing 737 Max 8.
Comair mengatakan mereka "tengah berdiskusi dengan tim pakar Boeing".
"Keselamatan dan kepercayaan pelanggan adalah prioritas kami," kata Comair.

Lembaga itu mengaku tengah bekerja sama dengan para maskapai yang menggunakan Boeing 737 Max dan Bandara Changi untuk meminimalkan dampaknya terhadap para penumpang.
Wartawan BBC, Karishma Vaswani, yang tengah berada di Bandara Changi, melaporkan dampak pelarangan itu tidak menimbulkan gangguan berarti.
Menurutnya, sejumlah penerbangan telah dibatalkan. Belum diketahui apakah hal itu disebabkan pelarangan yang dirilis CAAS.
Konsultan penerbangan, Ian Thomas dari CAPA Consulting, menilai "Pelarangan ini pasti akan berujung pada pembatalan penerbangam dalam jumlah signifikan serta gangguan jadwal mengingat maskapai-maskapai yang terpapar harus beralih ke tipe pesawat lain (dengan asumsi pesawat itu tersedia."
Singapura diyakini merupakan negara pertama yang melarang penerbangan semua varian Boeing 737 Max.
Walau ada banyak negara melarang pengoperasian Boeing 737 Max menyusul dua kecelakaan mematikan dalam enam bulan, Badan Penerbangan Federal Amerika Serikat (FAA) mengatakan kepada berbagai maskapai bahwa mereka yakin model pesawat ini laik terbang.
Pesawat Ethiopian Airlines ET-302 yang sedang dalam perjalanan ke Nairobi jatuh enam menit setelah lepas landas dari Addis Ababa pada Minggu (10/03), menewaskan 157 orang.
Insiden itu menyusul jatuhnya pesawat Lion Air JT-610 pada Oktober 2018 lalu yang menewaskan 189 orang.
Sejumlah kalangan dalam komunitas penerbangan telah meminta pesawat tersebut dilarang terbang untuk sementara, selama dilakukan penyelidikan secara menyeluruh.
Akan tetapi pada Senin malam, Badan Penerbangan Federal Amerika Serikat (FAA) "melanjutkan notifikasi laik terbang" yang menyebutkan pesawat model itu aman untuk diterbangkan.
Pemerintah Indonesia, Cina, dan Etiopia pada Senin (11/03) memerintahkan para maskapainya untuk menangguhkan penerbangan pesawat model tersebut. Maskapai lain tetap menerbangkan 737 Max 8 setelah Boeing menyatakan bahwa pesawat tersebut aman.
Saham di Boeing anjlok sebesar 12,9% pada Senin, menyusul kecelakaan Ethiopia Airlines.
Apa kata badan penerbangan AS?Menteri Transportasi AS, Elaine Chao, berkata bahwa FAA akan "segera mengambil langkah yang tepat" jika suatu kecacatan ditemukan pada pesawat.
Kepala FAA Dan Elwell mengatakan, notifikasi tersebut "memberi tahu komunitas internasional di mana posisi kami dan (memberikan) ... satu jawaban bagi seluruh komunitas".
Paul Hudson, presiden FlyersRights.org dan anggota Komite Penasihat Pembuat Aturan Penerbangan FAA, meminta pesawat tersebut dilarang terbang.
"Sikap 'tunggu dan lihat' FAA membahayakan nyawa serta reputasi keamanan industri penerbangan AS," kata Hudson dalam sebuah pernyataan pada hari Senin.

(BBC)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pesawat Ethiopian Airlines jatuh di dekat Bishoftu, 60km arah tenggara dari ibu kota. Penyebab kecelakaan tersebut belum jelas, namun pilot melaporkan ada masalah dan meminta untuk kembali ke Addis Ababa.
Para penyidik telah menemukan perekam suara kokpit dan perekam data penerbangan digital, namun temuannya belum dibuka kepada publik.
Jarak penglihatan disebut bagus tapi pemantau lalu lintas udara Flightradar24 melaporkan bahwa "kecepatan vertikal pesawat tidak stabil setelah lepas landas".
Pilotnya bernama Kapten Senior Yared Getachew, yang menurut Ethiopian Airlines telah mencatat lebih dari 8.000 jam terbang dan memiliki catatan kinerja "yang sangat baik".
Beberapa saksi mata yang bekerja di perkebunan di bawah jalur penerbangan pesawat mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa mereka mendengar suara berderak dari pesawat.
"Ketika ia melayang, api mengikuti buntutnya, kemudian ia mencoba mengangkat hidungnya," kata seorang saksi mata, Gadisa Benti. "Ketika pesawat melintasi rumah kami, hidungnya mengarah ke bawah dan ekornya ke atas. Ia menghantam tanah dengan hidungnya, lalu meledak."

Diluncurkan pada 2017, Max 8 adalah produk terbaru dari seri 737. Pada akhir Januari, Boeing telah mengantarkan 350 model dari 5.011 pesanan.
Pesawat yang jatuh merupakan salah satu di antara enam dari 30 yang telah dipesan Ethiopian Airlines sebagai bagian dari ekspansinya. Pesawat tersebut telah melalui "pengecekan pertama yang ketat" pada 4 Februari, kata maskapai.
Boeing mengatakan bahwa mereka "sangat bersedih" atas kecelakaan ini dan mengirimkan tim untuk menyediakan bantuan teknis.
Ini merupakan kecelakaan kedua dalam enam bulan yang melibatkan 737 Max 8, dan dibanding-bandingkan dengan kecelakaan Lion Air di Indonesia pada Oktober lalu yang menewaskan 189 orang.

Menyusul jatuhnya pesawat Lion Air, penyelidik mengatakan bahwa pilot tampaknya berkutat dengan sistem otomatis yang dirancang untuk mencegah pesawat mandek di angkasa, fitur terbaru dalam jet tersebut.
Sistem anti-mandek tersebut berkali-kali memaksa hidung pesawat turun, meskipun pilot berusaha mengangkatnya, menurut temuan awal. Pesawat Lion Air juga baru dan kecelakaan terjadi tak lama setelah lepas landas.
"Ini sangat mencurigakan," kata Mary Schiavo, mantan Inspektur Jenderal Departemen Transportasi AS, kepada CNN. "Ada pesawat baru yang jatuh dua kali dalam setahun. Itu menjadi peringatan di industri peringatan."
Setelah kecelakaan pada Oktober, Boeing mengirimkan pemberitahuan kepada maskapai yang memperingatkan mereka akan masalah dengan sistem anti-mandek.
- Lion Air JT-610: Perketat aturan keselamatan penerbangan, langkah reaktif?
- Lion Air, ambisi Rusdi Kirana, dan bayang-bayang insiden kecelakaan
Boeing diperkirakan akan merilis patch perangkat lunak bagi sistem tersebut untuk mengatasi masalah ini, lansir Reuters.
Belum jelas apakah sistem anti-mandek merupakan penyebab kecelakaan pada hari Minggu. Pakar penerbangan mengatakan masalah teknis lain atau kesalahan manusia tidak bisa diabaikan.
Siapakah para korban?Korban terdiri dari 30 kewarganegaraan, antara lain Kenya, Kanada, Etiopia, Inggris, dan satu warga Indonesia bernama Harina Hafitz.
Perempuan berusia 60-an tahun tersebut merupakan satu dari tujuh staf World Food Program badan pangan di bawah PBB yang menumpang pesawat itu.
Apa yang terjadi selanjutnya?Penyelidikan akan dipimpin oleh pihak berwenang Etiopia dalam koordinasi dengan tim pakar dari Boeing dan Dewan Keamanan Transportasi Nasional AS.
Ethiopian Airlines mengatakan bahwa mereka telah menangguhkan penerbangan semua 737 Max 8 miliknya "sampai pemberitahuan lebih lanjut" sebagai "tindakan pencegahan ekstra".
Penerbangan pertama maskapai itu ke Kenya sejak kecelakaan telah mendarat pada 10.25 waktu setempat pada Senin (11/3), menggunakan model pesawat yang berbeda.
(ita/ita)