"Coba antum (kalian) bayangkan, dia (Andi Arief) yang melakukan pelanggaran, dia yang pergi bersenang-senang, ujung-ujungnya kok Jokowi yang salah. Di mana logikanya orang (itu)," ujar Ngabalin di Istana Negara, Jakarta, Selasa (5/3/2019).
Ngabalin menduga, orang yang ikut menyalahkan Jokowi dalam kasus Andi Arief disebabkan oleh syahwat kekuasaan yang sudah mendarah daging. Akibatnya orang itu tidak dapat menggunakan akal sehatnya untuk berfikir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dungu (kalau) kata Rocky Gerung. Biar saja Tuhan menunjukkan kedunguannya semua," katanya.
Namun Ngabalin mengaku bisa memaklumi jika di tahun politik ini banyak saling serang yang bahkan terjadi di luar logika. Dia berharap dengan berakhirnya tahun politik, maka saling serang politik akan berakhir.
"Dengan izin Allah, kalau Allah menghendaki baik, Presiden (Jokowi) ini naik lagi lima tahun akan datang, saya percaya situasi ini tidak akan lama. Karena negara harus memberikan perlindungan kepada seluruh masyarakat," imbuhnya.
Sebelumnya, dua Waketum Gerindra Arief Poyuono dan Fadli Zon menyalahkan pemerintah Jokowi atas kasus Andi Arief. Keduanya menilai kasus Andi Arief merupakan bukti kegagalan pemerintah memberantas narkoba.
"Andi Arief cuma jadi korban kegagalan pemerintah Joko Widodo dalam pemberantasan narkoba di Indonesia," ungkap Arief Poyuono kepada wartawan, Senin (4/3).
Sedangkan Fadli menilai penyalahgunaan narkoba di Indonesia saat ini meningkat tajam. Fadli menyebut Andi Arief sebagai salah satu contoh korban tersebut.
"Ini situasi yang membahayakan. Pemerintah harus introspeksi ya, pengguna narkoba ini dalam empat-lima tahun ini meningkat tajam, bukan menurun. Artinya, pemerintah sekarang menurut saya gagal dalam menangani persoalan narkoba karena kita lihat jumlah temuannya semakin fantastis," ucap Fadli di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (5/3).
Kembali ke Ngabalin. Politikus yang pernah membela Prabowo Subianto habis-habisan ini mengungkapkan, bahwa di tahun politik ini privasi orang bahkan harus hancur berantakan dibuka di ruang publik. Ngabalin sempat curhat soal pilihannya mendukung dan bergabung bersama Jokowi.
"Bayangkan ruang publik telanjang begini, privasi orang berantakan loh, habis habisan. Di-left (dikeluarkan dari grup WhatsApp), habis kita diblokir kiri, kanan loh. Teman yang kita bangun berpuluh-puluh tahun, bersahabat (jadi rusak akibat politik). Saya sedih sekali sebetulnya, tapi saya kan di pemerintahan, jadi bagaimana ya," ungkapnya.
"Di-left (dikeluarkan dari grup WhatsApp) itu terganggu. Diblokir itu saya terganggu. Tapi gimana saya sudah punya pilihan dengan Pak Jokowi. Kita dileluarkan dari grup-grup keluarga, itu kan terganggu saya itu," lanjutnya.
Ngabalin mengaku heran hingga dirinya harus dikeluarkan oleh keluarganya sendiri dari grup WhatsApp milik keluarganya.
"Padahal saya tidak pernah memberikan postingan apa-apa. Tapi mungkin karena dialog, mereka terganggu dengan ada saya di situ, saya juga tidak merasa bersalah. Saya juga kalau ada yang mendapatkan informasi miring, saya bilang tidak begitu," tuturnya.
Tonton juga video Proses Asesmen Masih Berjalan, Rehabilitasi Andi Arief Belum Ditentukan:
(nvl/zak)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini