"Sebanyak sepuluh individu berasal dari biji pohon induk, sedangkan satu individu didapat dari hasil kegiatan eksplorasi di Sungai Manau, Taman Nasional Gunung Kerinci Seblat, Sumatera Barat," kata peneliti bunga bangkai Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas LIPI, Destri, dalam keterangan tertulis, Senin (4/3/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Destri mengatakan bunga bangkai memerlukan waktu relatif lama dalam satu kali pembungaan, bahkan bisa sampai empat tahun. Dia menjelaskan ada tiga fase dalam siklus hidup bunga bangkai, yaitu fase vegetatif atau daun, fase dorman (istirahat), dan fase generatif (berbunga).
"Amorphophallus titanum memerlukan penyerbukan silang untuk membentuk biji, karena saat masak bunga betina dan jantan tidak sama, sedangkan bunga betina dan bunga jantan masak atau siap melakukan penyerbukan hanya dalam satu malam," ujar Destri.
Amorphophallus titanum masuk kategori tumbuhan langka angka berdasarkan klasifikasi dari International Union for Conservation of Nature (IUCN). Keberadaan tumbuhan itu dilindungi sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999.
"Jarangnya tumbuhan ini berbunga dan semakin jarangnya tumbuhan ini ditemukan di alam menyebabkan kesempatan bunga ini untuk melakukan penyerbukan semakin kecil," ujar Destri.
Dia menjelaskan pelestarian bunga bangkai memerlukan bantuan manusia dalam pembibitan massal dan cepat seperti kultur jaringan dan diikuti reintroduksi di alam.
"Keberadaan jenis ini di Kebun Raya Cibodas sangat penting bagi upaya pelestarian, penelitian, dan pengetahuan masyarakat luas," pungkasnya. (knv/nvl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini