BPN Soal Cap Ngeyel dari Ponpes Buntet: Sandiaga Urat Bapernya Sudah Putus

BPN Soal Cap Ngeyel dari Ponpes Buntet: Sandiaga Urat Bapernya Sudah Putus

Indra Komara - detikNews
Sabtu, 02 Mar 2019 00:47 WIB
Jubir BPN Prabowo-Sandi, Faldo Maldini. Foto: dok. Facebook
Jakarta - Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno membela cawapresnya yang ditolak dan disebut ngeyel oleh pimpinan Pondok Buntet Pesantren Cirebon. BPN menyebut Sandiaga tak mempersoalkan penolakan tersebut.

"Bang Sandi kan urat bapernya sudah putus. Jadi, proses ini menjadi latihan yang bikin Beliau makin kuat. Pemimpin Indonesia harus siap dengan segala respons masyarakat. Kita ini semuanya beda-beda, rambut saja yang sama hitam. Butuh orang yang sabar dan tidak memecah-belah, nunjuk si A punya tambang, si B punya tanah jadi tidak boleh kritik," ujar Juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Faldo Maldini, Sabtu (2/3/2019).



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Faldo mengatakan, penolakan terhadap cawapres nomor urut 02 itu merupakan hal biasa. Dia menyebut penolakan ini membuat cawapresnya semakin kuat.

"Pejabat yang sudah menjabat saja masih ada yang ditolak, apalagi belum menjabat. Buat Bang Sandi, itu belum apa-apa lah," tuturnya.

"Pemilu itu menemukan yang terbaik. Jadi, kita harus saling bicara. Saya saja diundang di acara diskusinya tim petahana, mau datang kok. Jadi, kalau komunikasi kita harus tertutup karena pilihan capres, ini yang membuat keakraban dan persaudaraan kita semakin luntur," kata dia.

Dalam hal ini, petinggi pondok pesantren (ponpes) mengaku terpaksa mengeluarkan surat penolakan lantaran pihak Sandiaga dianggap ngeyel. Sebab, sebelum dikeluarkannya surat tersebut, timses Sandiaga berkunjung ke Buntet untuk meminta izin, namun pihak Buntet menolak. Segenap keluarga besar Pondok Buntet secara tegas hanya mendukung Jokowi-Ma'ruf Amin.

Terakit itu, Faldo menilai relawan Prabowo-Sandiaga justru memiliki inisiatif untuk silaturahmi. Menurut politikus PAN itu apa yang dilakukan timses kubu 02 di Cirebon merupakan upaya dialog meski ada perbedaan pilihan politik.

"Kalau itu inisiatif relawan untuk mengajukan kunjungan ke Pesantren Buntet, ya alhamdulillah, berarti relawan kami tidak pernah berhenti membangun komunikasi dan bicara. Seperti itu idealnya demokrasi. Kita bicara di tengah perbedaan. Bukan, berhenti berdialog karena beda. Iklim demokrasi seperti ini yang dihasilkan oleh rezim hari ini menyedihkan untuk generasi penerus," tuturnya.



Sementara itu, Juru bicara Direktorat Advokasi BPN Prabowo-Sandi, Habiburokhman menambahkan, pihaknya tak masalah jika ada pihak-pihak yang menolak Sandiaga saat berkampanye. Dia justru mengatakan kalau cawapresnya kebanjiran undangan dari masyarakat.

"Saat ini saja kami kewalahan memenuhi undangan masyarakat yang sangat antusias, paling hanya 30% yang bisa dipenuhi. Kami ini menawarkan visi misi untuk perbaikan negeri ini, kalau ada yang tidak berkenan ya mongggo, kami tetap menghormati," paparnya dihubungi terpisah. (idn/zak)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads