"Kita mendatangi KPU, tak lain tidak bukan tuntut keadilan. Betul? Siap tegakkan keadilan? Siap tegakkan persatuan? Takbir!" kata Novel di atas mobil komando di depan kantor KPU, Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat, Jumat (1/3/2019).
Novel mengklaim masyarakat saat ini sudah mengalami krisis kepercayaan. Oknum aparat, baik sipil maupun Polri, disebut Novel dipertanyakan netralitasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Novel lalu kembali bicara soal oknum-oknum yang menurutnya seharusnya netral tapi tidak netral. Dia pun menyebut gubernur hingga menteri sudah tidak netral.
"Gubernur sudah tidak netral. Saya laporkan ke Bawaslu bagaimana Menteri Agama tidak netral, Menteri Tenaga Kerja tidak netral, gubernur tidak netral, camat-camat. Mereka terang-terang sudah dukung nomor 1," ujarnya.
Novel juga menyinggung soal orang dengan gangguan jiwa masuk Daftar Pemilih Tetap. Novel mengatakan keikutsertaan itu baru pertama kali terjadi dalam sejarah.
"Luar biasa, baru dalam sejarah orang gila ikut pemilu. Saya tanya, yang ikut sertakan orang gila dalam pemilu waras atau tidak? Kalau KPU tidak waras, bahaya atau tidak? Kalau orang gila bagaimana kita percaya? Dalam Islam aja dia tidak wajib salat. Masa orang gila bisa memilih, goblok tidak? Goblok tidak?" tuturnya.
Karena itu, Novel meminta massa mengawasi kotak suara saat pemilihan nanti. Dia minta kotak suara itu disimpan di Kodim atau Koramil.
"Selesai salat subuh, jangan pulang kita tungguin sampai selesai. Jangan hanya itu, pas kotak masuk kecamatan kita tongkrongin. Kita minta kotak disimpan di Kodim atau Koramil. Kita tidak percaya terhadap camat-camat, betul?" pungkasnya.
Simak Juga 'Massa FUI Putihkan KPU':
(idh/hri)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini