Prameker Pasti Tahu Mbah Parmi, Puluhan Tahun Jualan di Stasiun Balapan

Prameker Pasti Tahu Mbah Parmi, Puluhan Tahun Jualan di Stasiun Balapan

Bayu Ardi Isnanto - detikNews
Kamis, 28 Feb 2019 13:27 WIB
Mbah Parmi. Foto: Bayu Ardi Isnanto/detikcom
Solo - Bagi sebagian orang, usia bukanlah halangan untuk terus bekerja. Seperti Mbah Parmi, dia masih tetap berjualan kacang rebus meski usianya renta.

Wajah Mbah Parmi sudah tidak asing bagi prameker, sebutan penumpang KA Prameks, ataupun pelaju kereta api lainnya. Setiap pukul 06.00 WIB, Mbah Parmi selalu sudah terlihat duduk di pintu masuk Stasiun Balapan sisi timur.

Sebuah bakul dan tampah selalu dia bawa sebagai wadah kacang jualannya. Kepada setiap orang yang lewat, Mbah Parmi selalu tersenyum sambil menawarkan kacang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sedoso ewu tigo (sepuluh ribu rupiah dapat tiga ikat kacang)," kata Mbah Parmi kepada seorang pembeli, Kamis (28/2/2019).

Mbah Parmi. Mbah Parmi. Foto: Bayu Ardi Isnanto/detikcom

Kacang yang ia jual merupakan hasil dari kebunnya di rumah. Suaminya lah yang bekerja mengurus lahan kacang tersebut.

Hasil panennya itu mulai dia ikat dan direbus sejak magrib selama beberapa jam. Kemudian kacang dia masukkan ke dalam bakul dan siap dijual keesokan harinya.

Selepas subuh, Mbah Parmi berangkat sendirian dari rumahnya di Gemolong, Sragen. Dia menumpang bus dan turun di dekat Stasiun Balapan.

"Berangkat sendiri naik bus. Mbah kakung (suaminya) menggarap kabun," ujarnya.

Mbah Parmi mengaku sudah puluhan tahun berjualan di sekitar Stasiun Balapan. Namun lokasinya tidak menetap di satu titik.

Saat ini, dia rutin berjualan di pintu Stasiun Balapan sisi timur. Setelah pukul 07.30 WIB, dia bersiap pindah ke lokasi lain, yakni di lampu merah timur Stasiun Balapan.

Tanpa alas kaki, Mbah Parmi melangkah perlahan sambil menggendong bakulnya. Meski badannya sudah bungkuk, nenek ini bisa dibilang cukup sehat.

Mbah Parmi.Mbah Parmi. Foto: Bayu Ardi Isnanto/detikcom

"Jalannya ya cuma bisa seperti ini, pelan-pelan. Kata dokter tidak ada penyakit, cuma sudah tua saja," ujarnya.

Saat lampu lalu lintas menunjukkan warna merah, Mbah Parmi tak segan-segan berjalan ke tengah jalan. Dia berusaha menghampiri pengendara sepeda motor dan mobil untuk menawarkan kacangnya.

Menurutnya, kacang jualannya hampir selalu habis sebelum tengah hari. Dia pun langsung pulang setelah dagangannya habis.

Selain mencari nafkah, berjualan kacang baginya merupakan kegiatan untuk mengisi waktu di hari tuanya. Meski memiliki enam anak, sekarang dia hanya tinggal bersama suami.

"Anak-anak saya sudah menikah, sudah bekerja semua. Ada yang di Jakarta, ada di Bandung, Solo Baru. Daripada di rumah, lebih senang berjualan seperti ini," pungkas dia. (bai/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads