"Tentu kita mendorong aparat segera menindak ya, lalu mengungkap secara jelas. Yang paling penting, justru kalau misalkan ibu itu tidak paham apa yang dia lakukan, tetapi ada mastermind-nya yang mendorong, yang sistematis. Mastermind ini yang perlu kita ungkap dan dilakukan tindakan hukum," kata Wakil Direktur Kampanye TKN Jokowi-Ma'ruf, Daniel Johan, di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (25/2/2019).
Daniel khawatir ibu-ibu yang melakukan kampanye hitam hanyalah korban yang diminta untuk menyebarkan hoax. Ia menyebut, yang terpenting adalah mengungkap mastermind penyebaran hoax dan dilakukan tindakan tegas terhadapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kadang-kadang ibu-ibu ya polos-polos aja. Dia terima informasi, dianggap itu benar, lalu dia mau bantu kan, sebenernya kan dia korban juga. Nah yang harus menjadi tindakan tegas itu kan mastermind-nya," imbuh Wakil Ketua Komisi IV DPR itu.
Daniel menilai hoax yang disebarkan akan merugikan pemerintah. Menurutnya, kelompok yang terkena dampak hoax adalah minoritas yang merupakan pemilih tradisional Jokowi.
"Karena kalau ke depan hoax yang digembar-gemborkan, misalkan itu situasi yang makin lama makin genting, lalu antarwarga semakin ribut, dipecah belah, dihadap-hadapkan, tentu kan pemerintah yang akan mengalami kerugian. Kedua, biasanya yang akan terkena dampak adalah kelompok-kelompok yang bukan mayoritas. Dan itu yang kita pahami adalah pemilih tradisional Pak Jokowi," tutur Daniel.
Politikus PKB ini pun berharap kondisi tetap kondusif selama menghadapi pemilu. Daniel meminta agar pemilu dihadapi dengan riang gembira dan tidak mudah dibohongi oleh hoax.
"Sehingga memang menjadi tantangan kita semua sebenarnya menjaga kondisi supaya semakin kondusif. Kita hadapi, kita hadapi, bahwa pilpres ini pesta demokrasi yang sangat biasa, harus kita sambut dengan riang gembira ya, khususnya kaum milenial sehingga jangan mau dibebani oleh hoax, jangan mau dibohongi, ditipu, dipecah belah apalagi, oleh hoax," sebutnya.
Seperti diketahui, polisi dari Polda Jawa Barat mengamankan tiga wanita terkait video kampanye hitam terhadap pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin. Ketiganya diduga berada dalam video kampanye yang viral itu.
Mereka, yakni ES, IP, dan CV, yang semuanya warga Kabupaten Karawang, kini sedang menjalani tahap awal pemeriksaan. Polisi tengah mendalami seluruh rangkaian perbuatan yang mereka lakukan.
"Terhadap yang bersangkutan, saat ini kita lakukan proses penyelidikan. Dalam proses penyelidikan ini, tentunya nanti kita dan Bawaslu akan melakukan serangkaian analisis dan evaluasi terhadap perbuatan yang diduga tindak pidana pemilu," ucap Kabid Humas Polda Jawa Barat Kombes Trunoyudo Wisnu Andiko.
"Namun, dalam proses penyelidikan, di luar adanya tindak pidana pemilu nanti hasil menunggu hasil Bawaslu, kita akan melihat adanya tindak pidana lain yang terkait dengan pelanggaran yang dilakukan tiga wanita tersebut," sambungnya.
Sebelumnya, warga Karawang dibuat geger oleh video aksi sosialisasi berisi kampanye hitam terhadap Jokowi-Ma'ruf yang viral di media sosial. Sebab, diduga kuat peristiwa dalam video itu terjadi di Karawang.
Dalam video yang beredar, dua orang perempuan tersebut berbicara dalam bahasa Sunda saat kampanye door to door. Warga diyakini bahwa Jokowi akan melarang azan dan membolehkan pernikahan sesama jenis. (azr/tor)