"Yang jelas kita butuh kooperatif. Mungkin ada komunikasi dengan sanak saudara lainnya atau kerabat lainnya, kita mohon di informasikan," kata Kabid Humas Polda Jabar Kombes Trunoyudo Wisnu Andiko di Mapolda Jabar, Jalan Soekarno Hatta, Kota Bandung, Senin (25/2/2019).
Permintaan polisi tersebut untuk mencari berbagai petunjuk kemungkinan kemana larinya Hilda. "Kita butuh dari sanak saudaranya, karena kalau ada menghubungi supaya kita tahu nomor telepon terakhir dan sebagainya. Supaya kita bisa komunikasi dengan Hilda," kata Truno.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Prinsipnya Polda Jabar dengan Polres Tasik terus mencari. Informasi terakhir dugaannya di Garut, sudah kita tindaklanjuti. Namun faktanya atau hasil kegiatan yang kita lakukan, pencarian belum menemukan hasil. Tapi kita tetap mencari," tutur Truno.
Awalnya sang ibu, Ailah (42), menyebut anaknya tersebut kabur dari rumah gegara dijodohkan. Namun kini Ailah meluruskan ungkapannya tersebut.
"Saya ralat, anak saya enggak lari (kabur) akibat mau dijodohkan," kata Ailah di kantor Desa Cikawung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Senin (25/2/2019).
Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kabupaten Tasikmalaya menemukan fakta-fakta bahwa di Kampung Cijambu, tempat Hilda bermukim, terdapat tradisi 'kawin gantung'. Ailah mengakui soal 'kawin gantung ini.
Bahkan, menurut dia, Hilda sudah menyanggupi nikah dengan pria tetangganya bernama Uyep. "Memang sudah tradisi (soal 'kawin gantung'), ditandai sejak kecil di sini (tradisi di Kampung Cijambu). Anak saya hilang dua pekan menjelang pernikahan dan sebelumnya mengiyakan mau dinikahi Uyep," tutur Ailah yang menyampaikan soal 'kawin gantung' saat Hilda kelas 2 SMA atau setahun lalu. (dir/bbn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini