"Jadi bagaimana menterapi, menyalurkan hasrat anak-anak yang meledak-ledak, yang tidak tersalurkan, itu juga perlu keterlibatan RT dan RW, mungkin juga mengaktifkan kembali youth sector atau gelanggang remaja," kata Kak Seto di Mapolres Jakarta Barat, Slipi, Jakarta Barat, Selasa (19/2/2019).
Kak Seto mengatakan anak-anak yang terjerumus ke dalam kegiatan negatif merupakan korban lingkungan dan keluarga maupun sekolah. Anak-anak kemudian melampiaskan kekecewaan dan segala permasalahan yang dihadapinya dengan melakukan kegiatan yang negatif.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi memprihatinkan ini perlu pemecahan bersama. Tidak hanya polisi, orang tua, lingkungan di sekitar rumah, sekolah, dan pemerintah harus berperan aktif untuk menciptakan generasi yang terhindar dari hal-hal negatif.
"Jadi masyarakat perlu ikut peduli. Kalau di dalam warga, perlu juga diperdekat KPAI dan LPAI di dalam lingkungan RT dan RW, jadi ada semacam seksi perlindungan anak tingkat rukun tetangga (SPARTA). Kota Tangerang Selatan mengklaim tahun 2011 seluruh RT-RW-nya dilengkapi seksi perlindungan anak, lalu kedua adalah Kabupaten Banyuwangi, ketiga adalah Kabupaten Bengkulu Utara," paparnya.
Dengan adanya gelanggang remaja, diharapkan dapat menciptakan generasi muda yang lebih berbakat dan berprestasi.
"Jadi anak yang pintar menyanyi, pintar menari, pintar olahraga, pintar bermain band. Mungkin prestasi akademik kurang menunjang, tapi bisa berprestasi di bidang itu, akhirnya juga tidak merasa frustrasi atau kecewa. Karena setiap anak pada dasarnya ingin dihargai, ingin dihormati, ingin diakui," sambungnya.
Polres Jakarta Barat mengungkap ada 25 kelompok geng motor di Jakarta Barat. Mirisnya, anggota geng motor ini mayoritas adalah anak-anak remaja.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini