Seperti dilansir kantor berita Turki, Anadolu Agency, Senin (18/2/2019), hal tersebut diungkapkan oleh laporan Global Public Policy Institute (GPPI) yang berkantor di Jerman pada Minggu (17/2) waktu setempat.
Laporan berjudul 'Nowhere to Hide: The Logic of Chemical Weapons Use in Syria' itu menyebut sekitar 336 serangan kimia tercatat terjadi di wilayah Suriah sejak konflik pecah pada tahun 2011 atau delapan tahun lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nyaris 98 persen dari serangan itu, menurut laporan tersebut, dilakukan oleh pasukan militer rezim Assad.
Kelompok radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS), sebut laporan itu, tercatat melakukan enam serangan kimia di Suriah.
Laporan ini juga menyebutkan bahwa sekitar 90 persen serangan kimia terjadi setelah serangan kimia pada Agustus 2013 yang menewaskan ratusan orang di pinggiran Damaskus. Presiden Amerika Serikat (AS) saat itu, Barack Obama, menyebut serangan kimia itu sebagai 'red line' yang membuatnya ingin mengerahkan respons militer terhadap rezim Assad.
Dalam tiga tahun pertama konflik Suriah, kebijakan AS untuk wilayah Suriah didasarkan pada keinginan Obama agar Assad mengundurkan diri. Sanksi-sanksi ekonomi juga diberlakukan terhadap rezim Assad.
Diketahui bahwa Suriah dilanda konflik berkepanjangan sejak awal tahun 2011, ketika rezim Assad menindak tegas para demonstran dengan kekejaman yang tak diduga. Sejak saat itu, ratusan orang diyakini tewas dan jutaan orang lainnya kehilangan tempat tinggal akibat konflik Suriah.
(nvc/bar)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini