Dampak Angin Barat Bisa Ganggu Penerbangan di Jawa dan Sumatera

Dampak Angin Barat Bisa Ganggu Penerbangan di Jawa dan Sumatera

Rinto Heksantoro - detikNews
Senin, 18 Feb 2019 13:15 WIB
Ilustrasi cuaca buruk. (Foto: Ari Saputra)
Purworejo - Meski puncak musim penghujan sudah berlalu, namun warga tetap diimbau untuk selalu waspada karena curah hujan diperkirakan masih tinggi. Curah hujan tersebut disebabkan karena adanya angin barat yang bisa berdampak pada penerbangan dan pelayaran.

Puncak musim penghujan telah terjadi pada bulan Januari 2019 lalu. Meski demikian, warga tetap diimbau untuk berhati-hati karena curah hujan diprediksi masih tinggi. Hal tersebut disebabkan adanya angin barat yang terjadi pada bulan Februari hingga awal Maret nanti.

"Angin barat itu sifatnya basah jadi dia berpotensi memudahkan munculnya awan-awan konvektif yang bisa menurunkan hujan deras, saya imbau warga tetap waspada," kata Kepala Balai Besar BMKG Wilayah 2, Joko Siswanto, saat menghadiri Sosialisasi Agroklimat di Purworejo, Jateng, Senin (18/2/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Akibat adanya angin barat tersebut, beberapa wilayah di Indonesia yang masih berpotensi diguyur hujan deras antara lain daerah Sumatera dan Jawa. Untuk Jawa Tengah sendiri potensi hujan deras masih akan turun di bagian Jateng utara dan Jateng barat.
Dampak Angin Barat Bisa Ganggu Penerbangan di Jawa dan SumateraJoko Siswanto (Foto: Rinto Heksantoro/detikcom)

Tidak hanya itu, angin barat juga akan berdampak pada penerbangan pesawat serta pelayaran karena memiliki kecepatan tinggi. Hal tersebut bisa menyebabkan terjadinya gelombang lebih tinggi yang mengganggu pelayaran.

"Iya (membahayakan), jadi angin barat ini kecepatannya tinggi. Kecepatan tinggi ini bisa memicu gelombang lebih tinggi dari normalnya, ini yang berdampak bukan hanya untuk penerbangan saja namun juga pada pelayaran kapal," lanjut Joko.


Sementara itu, untuk meningkatkan pengetahuan serta keterampilan petani dalam memanfaatkan informasi iklim guna mengantisipasi dampak fenomena iklim ekstrim, BMKG bekerjasama dengan Stasiun Klimatologi Semarang menggelar Sekolah Lapang Iklim (SLI) sekaligus sosialisasi agroklimat. Harapannya, nantinya para petani bisa menyikapi iklim yang semakin tidak menentu.

"Ya dengan informasi iklim yang didapat, maka petani dapat memiliki pengetahuan untuk menyikapinya. Kapan menanam, menanggulangi jika terjadi iklim ekstrim dan sebagainya. Misal datangnya musim kemarau di Jateng ini juga sedikit berbeda, kalau Jateng selatan diperkirakan bulan Mei, tapi kalau Jateng utara bulan Juni," tutupnya.

(mbr/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads