Aksi diikuti masa dari beberapa ormas Islam Solo dan sekitarnya. Mereka membentuk barisan dengan membentangkan spanduk dan poster tuntutan.
Spanduk yang dibawa, antara lain bertuliskan 'Stop Kriminalisasi Ulama', kemudian 'Hati-hati Daging Ulama Itu Beracun'. Mereka juga protes karena merasa polisi membeda-bedakan penanganan kasus antara pendukung paslon Pilpres.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Rencananya, mereka akan kembali menggelar aksi serupa pekan di Solo. Aksi tersebut sebagai bentuk solidaritas terhadap Slamet Ma'arif yang pekan depan diperiksa sebagai tersangka di Polda Jateng.
Edi memastikan pihaknya tidak mengirimkan anggota untuk mengawal Slamet Ma'arif di Semarang. Namun dia akan berkoordinasi dengan ormas di Semarang agar menggelar aksi yang sama.
"Kami tetap menggelar aksi di Solo, karena yang menetapkan tersangka adalah Polresta Surakarta. Kami akan koordinasi dengan laskar di Semarang agar mengawal Kiai Slamet Ma'arif. Jangan sampai ada ulama dipersekusi tapi kita diam, dosa besar," kata dia.
Adapun dalam aksi tersebut, massa berorasi tanpa menggunakan pengeras suara. Sebab, siswa SMAN 4 Surakarta yang berlokasi di depan Polresta Surakarta tengah mengadakan ujian.
"Kami tetap menghargai saudara-saudara kita yang sedang ujian. Meski hanya sedikit dan tanpa pengeras suara, kami tetap lantang dan antusias mengikuti aksi ini," tutupnya.
![]() |
Sementara itu, Wakil Kepala SMAN 4 Surakarta bidang kesiswaan, Nanang Inwanto, mengatakan sekolah memang tengah menggelar Ujian Tengah Semester (UTS). Ujian digelar sampai 22 Februari 2019 mendatang.
"Kami berharap semua saling menghargai, kalaupun ada aksi semoga bisa tetap kondusif dan tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar," katanya. (bai/mcs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini