"Bang Fadli udah menjelaskan ini bukan menghina Mbah Moen, lalu masalahnya di mana? Kan Bang Fadli nggak pernah menghina Mbah Moen, kan jelas itu. 'Kau' itu adalah orang yang membujuk merevisi doa, jelaskan itu siapa? Tapi sekarang kan ini pilpres, harus ada penggorengan untuk men-downgrade Prabowo-Sandi. Strateginya sama kayak kasus ojol, tampang Boyolali, sama motifnya. Dan itu kan diindikasi, mohon maaf, patut diduga, dimotori pendukung Jokowi-Ma'ruf. Ini bagian strategi mereka. Yang jelas keluarga Mbah Moen tak mempermasalahkan," ujar juru bicara BPN Prabowo-Sandiaga, Andre Rosiade, saat dihubungi, Selasa (12/2/2019).
Dalam hal ini, santri di Kudus mendesak Fadli Zon untuk meminta maaf terkait puisi. Jika tidak, ancamannya adalah akan membuat jeblok perolehan suara Prabowo-Sandiaga, paslon yang didukung Fadli pada pilpres.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini kan masalahnya sudah clear. Bang Fadli menyampaikan bahwa beliau tidak ada keinginan menghina ulama, tidak ada Bang Fadli ingin menghina Mbah Moen. Itu sudah dijelaskan berulang kali. Bahwa kan tweet-nya jelas. Memang ada pihak yang ingin menggoreng sedemikian rupa, tentang hal ini, kita rasakan bahwa ada pihak yang ingin menggoreng soal kasus ini," paparnya.
Fadli sebelumnya enggan minta maaf soal puisi 'Doa yang Ditukar'. Massa Asmak Kabupaten Kudus kemudian menggelar aksi di Alun-alun Kudus pada Jumat (8/2), menuntut Fadli Zon meminta maaf atas puisi yang dinilai menghina ulama, khususnya KH Maimun Zubair. Jika tidak, santri di Kudus ini mengancam akan membuat jeblok perolehan suara Prabowo-Sandiaga.
"Kalau seperti itu, ya mau apa lagi? Tentunya bagaimana kami ingin menunjukkan bahwa kami punya kekuatan di 17 April nanti. Bukan aksi, tapi gerakan masif bahwa kami akan menunjukkan calonnya akan kalah di Kudus," kata perwakilan Asmak, M Sa'roni, Senin (11/2). (idn/eva)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini