"Saya tidak melihat kedua capres, kedua pasangan ini saling ejek, ndak ada, yang muncul saling ejek itu kan pendukungnya. Itulah yang kita imbau pendukung-pendukung ini jangan bikin berita hoaks dan jangan memancing pertengkaran," ucap Mahfud kepada wartawan setelah menjadi pembicara dalam Sarasehan Kebangsaan di Hotel Golden Palace Mataram, Selasa (12/2/2019).
Dalam catatan Mahfud, kedua pasangan capres dan cawapres, Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandi, tidak saling ejek. Menurut Mahfud, fenomena saling jawab dan saling saling sahut terhadap isu tertentu yang terlihat di antara kedua pasangan capres merupakan suatu hal yang biasa dalam kontestasi politik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati demikian, dia berharap, seusai pemilu dan pilpres pada April mendatang, seluruh warga bisa bersatu kembali dalam semangat persaudaraan berbangsa dan bernegara.
"Pemilu ini filosofinya mencari pemimpin dan wakil rakyat untuk ditaati bersama. Oleh sebab itu, pilihlah siapa pun yang akan dipilih, sebebas-bebasnya sesuai dengan aspirasi masing-masing warga, tetapi jangan berpecah belah, jangan bertengkar," kata Mahfud.
Sebab, lanjut Mahfud, begitu pemimpin dan wakil-wakil rakyat sudah terpilih, pemimpin itu akan menjadi pemimpin seluruh rakyat dan wakil rakyat yang ada di daerah pemilihan masing-masing. Mahfud juga tidak membenarkan adanya politik identitas karena perbedaan agama, ras, dan suku (SARA).
"Kita memilih berdasarkan itu boleh saja, tapi jangan sampai itu jadi pemicu untuk konflik. Begitu selesai (pemilu) ya bersatu lagi, karena negara ini dibangun sebagai negara demokrasi," ujarnya. (rvk/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini