"Pengakuan Bakri makanan yang mereka masak itu hasil memulung di tempat sampah. Ada bekas nasi kotak, nasi bungkus mereka kumpulkan. Ketika tiba di rumah mereka masak lagi. Saya melihat dengan mata kepala sendiri masakan itu berbusa ketika ditanak di atas penggorengan," lanjut Farid.
"Bakri tidak bekerja, dia mengemis mengajak Jujun putranya. Setiap hari menempuh perjalanan dengan berjalan kaki sejauh 10 kilometer ke lokasi keramaian di pusat kota Cianjur," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kondisinya memprihatinkan, satu keluarga itu didiagnosa sebagai Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) sudah diperiksa puskesmas oleh dokter pernah dikirim juga ke panti," kata Hana melalui sambungan telepon.
Berbeda dengan Hana, Ketua RW 6 Dayat mengatakan warga kerap bergantian memberikan makan seadanya kepada keluarga Bakri. Seiring waktu warga merasa bosan karena Bakri enggan mengubah pola hidupnya.
"Rumah ini juga dibangun swadaya warga dulu, bahkan saya juga kalau ada rezeki sering ngasih. Ada beras, ya beras, ada makanan, ya makanan. Cuma memang keluarga ini kan dikenal disabilitas mental, ke warga juga sedikit tertutup, akhirnya warga bosan karena keluarga ini tidak mau mengubah cara hidupnya yang memang maunya ya begini saja," ujar Dayat. (sya/tro)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini