Puisi Fadli Diprotes, TKN: Pahami Budaya Santri, Jangan Klaim Cinta Ulama

Puisi Fadli Diprotes, TKN: Pahami Budaya Santri, Jangan Klaim Cinta Ulama

Tsarina Maharani - detikNews
Sabtu, 09 Feb 2019 09:45 WIB
Achmad Baidowi (Tsarina Maharani/detikcom)
Jakarta - Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menduga ada pihak yang sengaja membenturkan Fadli Zon dengan KH Maimun Zubair (Mbah Moen) terkait protes terhadap puisi 'Doa yang Ditukar'. Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin membantah.

"Tak ada yang membenturkan Fadli dengan ulama. Kalau ada aksi dari santri itu sebagai respons spontanitas terhadap orang yang dinilai menghina ulama," kata anggota TKN Jokowi-Ma'ruf, Achmad Baidowi (Awiek), kepada wartawan, Jumat (8/2/2019).


Puisi 'Doa yang Ditukar' karya Fadli diprotes para santri yang tergabung dalam Aliansi Santri Membela Kiai (Asmak) di Kabupaten Kudus. Mereka menuntut Waketum Gerindra itu minta maaf karena dinilai telah mencela kiai.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

BPN Prabowo-Sandi pun menduga ada pihak yang ingin membenturkan Fadli dengan Mbah Moen dan kiai lainnya. Juru bicara BPN Prabowo-Sandi, Andre Rosiade, mengatakan puisi itu tak dialamatkan kepada Mbah Moen.


Awiek menilai BPN tak memahami nilai dan ajaran pesantren. Ia pun heran atas klaim BPN Prabowo-Sandi yang kerap menyatakan cinta ulama.

"Bagi Andre, hal ini mungkin dianggap biasa, tapi tidak bagi kalangan santri. Maka sekali-kali pahamilah dan belajarlah terhadap budaya pesantren, jangan hanya mengklaim cinta ulama tapi tak paham dan tak sadar jika perilakunya menghina ulama dan menyinggung perasaan santri," ujar politikus PPP itu.

Menurut Awiek, Fadli tak pantas menyindir kesalahan seorang ulama lewat puisi. Selain itu, dia menilai BPN Prabowo-Sandi mempolitisasi doa Mbah Moen. Awiek pun mengungkit unggahan foto Fadli dengan Mbah Moen di akun Twitter @fadlizon, pada Kamis (7/2).

"Bagi kalangan santri dan warga NU secara umum, posisi ulama sangat dihormati. Jika pun ada kesalahan, kami pun tabu untuk membicarakannya, apalagi sampai menyindir dalam bentuk puisi. Memasang foto dengan ulama itu tidak bisa menjustifikasi bahwa yang bersangkutan dekat dengan ulama, apalagi dimaksudkan untuk menghapus kesalahan. Lagian, BPN terlalu bersemangat mempolitisasi doa Mbah Moen saat dikunjungi Jokowi," tutur Awiek.


Padahal, kata Awiek, makna dan konteks kesalahan penyebutan dalam doa Mbah Moen itu sudah dijelaskan. Disebutkan 'rais marrah tsaniyah' yang diucapkan Mbah Moen berarti 'presiden dua kali'.

"Secara kalimat bahasa Arab-nya secara utuh sudah jelas siapa yang dimaksud Mbah Moen, termasuk putra-putra beliau juga menjelaskan apa makna dan konteks dimaksud. Namun hal itu justru dimanfaatkan oleh Fadli untuk unjuk kebolehan lewat puisi yang dipaksakan. Padahal kita tahu jika dia bukanlah budayawan, tapi politisi. Sering kami nilai Fadli ini ya, budayawan tanggung," pungkas Awiek.



Tonton juga video 'Kala Politikus hingga Menteri Ramai-ramai Berpuisi':

[Gambas:Video 20detik]

(tsa/jbr)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads