"Kita butuh alat pemersatu. Tanpa alat pemersatu kita tak akan bisa menjadi sebuah bangsa. Karena bersatu maka hari ini kita bisa berkumpul," ungkap Mahyudin dalam keterangannya, Jumat (8/2/2019).
Hal itu diungkapkan dalam acara Sosialisasi Empat Pilar MPR di Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Sosialisasi itu merupakan amanah dari UU. No. 17 Tahun 2014 yang mengamanatkan kepada anggota MPR untuk melakukan sosialisasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Padahal agama itu mengajarkan kedamaian dan toleransi," imbuhnya.
Tuhan menciptakan dunia agar penuh kedamaian, lanjut Mahyudin, bisa saja Tuhan menciptakan apa yang ada di dunia sama semua. Namun Tuhan menciptakan dunia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku.
"Tuhan menciptakan perbedaan dan keragaman agar kita saling mengenal," tuturnya.
Mahyudin menceritakan, ayahnya orang Bugis, Ibunya orang Banjar, dan istrinya orang Dayak. Dari perbedaan yang ada, dirinya menegaskan agar jangan dipertentangkan.
Disampaikan kepada peserta yang mayoritas ibu-ibu, Indonesia terdiri dari berbagai daerah dan masing-masing daerah memiliki keragaman, budaya, dan adat tersendiri. Keragaman inilah yang menurut mantan Bupati Kutai Timur itu jangan diabaikan.
"Bila daerah diabaikan, bisa memunculkan separatisme," ungkapnya.
Diakui Kalimantan Timur saat ini termasuk sebagai wilayah yang sejahtera. Meski demikian, ia menegaskan agar pemerintah daerah terus berupaya meningkatkan kesejahteraan dalam segala bidang.
"Agar orang luar Jawa tak iri pada pembangunan di Jawa," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Mahyudin juga menyampaikan bahwa bangsa ini sebentar lagi menggelar Pemilu. Ia juga meyakini dalam Pemilu masing-masing orang mempunyai pilihan yang tak sama. Sehingga ia mengimbau agar tidak adanya perselisihan dalam perbedaan.
"Jangan karena beda pilihan kita bermusuhan dengan tetangga," tegasnya.
Dunia politik diakui sangat menarik banyak orang untuk berkecimpung di dalamnya. Sehingga masyarakat tertarik dalam politik, menurut Mahyudin dikira dunia ini bisa membuat orang cepat menjadi kaya.
"Sehingga banyak orang jadi caleg. Anggapan (cepat jadi kaya) itu salah. Kalau mau kaya jadi pengusaha," tambahnya.
Bahkan, ia menuturkan dalam berpolitik antara pengeluaran dan pemasukan tak imbang, sehingga hal tersebut yang menyebabkan banyak orang melakukan korupsi.
"Banyak pejabat dan wakil rakyat korupsi sehingga kita mengalami krisis kepemimpinan," papar alumni Universitas Mulawarman itu.
Tantangan yang dihadapi bangsa ini menurutnya tak hanya dari dalam. Dari luar pun ada ancaman yang akan mengganggu Indonesia. Dikatakan, pengaruh globalisasi dan persaingan antar bangsa yang demikian masif. Sebagai bangsa yang kaya dengan sumber daya alam, maka Indonesia menjadi incaran bangsa asing.
"Bangsa lain tak diam melihat Indonesia kaya sumber daya alam. Mereka melakukan intervensi dengan berbagai cara, misalnya lewat kebijakan," tegasnya.
Untuk itu Mahyudin mengingatkan agar saling menjaga persatuan. Ia juga mencontohkan di negara Timur Tengah kaya minyak, namun berhasil diadu domba oleh bangsa lain. Menyikapi hal tersebut, maka MPR melakukan sosialisasi kepada masyarakat.
"Agar kita tetap menjaga persatuan bangsa," terangnya. (ega/mul)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini