Ornamen-ornamen meriah berwarna merah menghiasi vihara. Para warga keturunan Tionghoa juga terlihat khusyuk berdoa menolak bala untuk menyambut tahun baru babi tanah.
"Secara tradisi bermakna menyambut Imlek di Shio Babi bisa berjalan penuh sukacita dengan tidak ada aral melintang dan kita mempersembahkan makhluk-makhluk hidup di alam lain," kata penanggung jawab Vihara Dharmayana, Adi Dharmaja Kusuma, di lokasi, Jl Padma, Kuta, Senin (4/2/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Uniknya, terlihat sejumlah ibu-ibu yang memakai baju adat Bali, seperti kebaya warna putih lengkap dengan kamen atau kain. Akulturasi budaya Bali dengan tradisi Imlek juga terlihat dengan adanya canang maupun bija yang biasa digunakan persembahyangan warga Hindu Bali.
Pukul 17.00 Wita, rombongan arak-arakan barongsai mulai bersiap, diawali dengan doa di depan vihara, rombongan lalu mulai berbaris. Cuaca yang sebelumnya terang berubah jadi mendung dan tak berselang lama hujan turun dengan derasnya.
![]() |
Setelah hujan reda, rombongan pun kembali berbaris rapi, dimulai dengan barisan pembawa lilin, anak-anak, dan ibu-ibu yang memanggul persembahan. Lima barongsai dan satu liong pun ikut meramaikan barisan.
Kelima barongsai dan satu liong itu sempat berdoa di depan vihara sebelum meliuk-liuk dengan gemulai mengikuti suara entakan musik. Adi menambahkan, lima barongsai dan satu liong juga memeriahkan malam Imlek di Vihara Dharmayana.
"Barongsai dan liong merupakan tunggangan dewa-dewi, barongsai diyakini bisa menetralkan hal-hal negatif. Nanti barongsai-barongsai ini mencari angpau-angpau di rumah-rumah warga, jadi bukan cuma warga yang merayakan, tapi juga umat Hindu yang di sini juga memberi," tuturnya.
![]() |
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini