Selain tak mengantongi izin, akar permasalahan juga dipicu protes warga yang tinggal di kawasan pabrik. Warga protes karena jalan sepanjang 160 meter dengan lebar 120 sentimeter yang berada di antara pabrik terancam ditutup.
"Jalan ini sudah ada sejak 40 tahun lalu. Dulunya ini sawah warga, lalu dibeli, terus dikasih buat jalan," ujar salah seorang warga yang tinggal di belakang pabrik, Hari (65), Senin (4/2/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hari mengatakan jalan tersebut sangat dibutuhkan oleh warga sebagai jalan utama penyambung RW 4 dan RW 2. "Orang sini (RW 4) mau ke masjid jami susah kalau jalan ditutup, harus muter. Sama juga orang RW 2 kalau mau ke sekolah jauh harus muter. Jadi sangat dibutuhkan," katanya.
Menurutnya, kalau jalan ditutup warga dari dua RW tersebut harus memutar dengan jarak tempuh cukup lama. Contohnya warga RW 4 yang akan menggelar salat Jumat biasa berjalan 5 menit, harus memutar ke jalan raya menggunakan motor dengan jarak tempuh minimal 30 menit. Begitu juga sebaliknya bagi RW 2 yang akan sekolah.
![]() |
"Jadi saya berharap jalan ini tidak ditutup. Supaya kalau mau ke masjid tidak perlu putar jalan, karena di RW kita tidak ada (masjid). Sama juga anak-anak RW 2 mau sekolah tidak perlu putar ke jalan raya," ujar Hari yang sudah tinggal di lokasi tersebut sejak kecil itu.
Pantauan detikcom lokasi jalan berada di tengah-tengah pabrik dan gudang girder kereta cepat. Jalan tersebut dibeton dan dilengkapi dengan sekitar 10 PJU. Lebar jalan yang kecil membuat pengendara motor harus hati-hati jika tidak ingin terjatuh ke parit atau lahan kosong.
Di lokasi pabrik terlihat sepi dan tidak ada aktifitas. Dari kejauhan terlihat garis kuning-hitam yang melingkar di salah satu gedung. Garis tersebut terlihat seperti segel yang biasa digunakan oleh Pemkot Bandung.
Sementara itu hingga berita ini ditulis detikcom yang mencoba mengkonfirmasi langsung ke pihak PT CIP dan Ciputra BizPark belum mendapat jawaban.
![]() |
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini