From Kalideres to Paris: Karya Pengungsi Dibawa Desainer ke Catwalk

From Kalideres to Paris: Karya Pengungsi Dibawa Desainer ke Catwalk

Danu Damarjati, Adhi Indra Prasetya - detikNews
Minggu, 03 Feb 2019 19:42 WIB
Desainer Franka Soeria (berkacamata) dan para pengungsi yang ikut pelatihan Benang Project (Dok Sendy Manopo/Benang Project)
Jakarta - Karena tak boleh bekerja, para pengungsi korban perang berbagai negara banyak yang menghabiskan waktu hanya dengan menunggu di trotoar Kalideres. Padahal di tanah kelahirannya, mereka adalah pekerja-pekerja yang bersemangat. Melihat kondisi ini, seorang desainer memutuskan untuk berbuat sesuatu.

Dia adalah desainer fesyen asal Indonesia bernama Franka Soeria. Perempuan kelahiran 1981 ini adalah co-founder gelaran 'Modest Fashion Week' yang diselenggarakan di Istanbul, London, Dubai, dan Jakarta. Dia juga menjalankan perusahaan fesyen bernama Markamarie.

"Ada 14 ribu pengungsi internasional (di Indonesia) yang tidak hidup layak karena tidak bisa kerja. Mereka ini ada yg tinggal di jalanan," kata Franka saat berbincang dengan detikcom, Kamis (31/1/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Dalam Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Imigrasi Nomor: IMI-1489.UM.08.05 Tahun 2010 tanggal 17 September 2010, terdapat aturan perihal aktivitas bekerja bagi pengungsi. Lampiran itu memuat 'Surat Pernyataan Pengungsi' yang harus ditandatangani pengungsi yang bersertifikat UNHCR. Poin keempat surat itu mengatur larangan bekerja bagi pengungsi.

UNHCR (Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi) adalah pihak yang membangkitkan kesadaran Franka soal masalah itu. Satu hal yang dipikirkan Franka untuk membantu mereka, yakni mengadakan pelatihan mode busana. Kalau saja pengungsi tidak boleh bekerja di Indonesia, setidaknya mereka bisa dapat bekal pelatihan ketrampilan selama mengungsi di Indonesia. Maka dimulailah aktivitas pelatihan pada September 2018, dia beri nama 'Benang Project'.

From Kalideres to Paris: Karya Pengungsi Dibawa Desainer ke CatwalkFoto: Benang Project, melatih para pencari suaka di bidang fesyen. (Dok Markamarie)

Franka dan UNHCR turun ke Jalan Peta Selatan, Kalideres, sekitar Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Jakarta untuk mewawancarai 50 orang pencari suaka. Mereka yang diwawancarai berasal dari Afghanistan, Pakistan, hingga Somalia. Wawancara itu dimaksudkan untuk menemukan pengungsi yang benar-benar berkeinginan ikut pelatihan fesyen. Saat proses ini, Franka merasakan atmosfer kejiwaan para pengungsi yang tak boleh bekerja itu. Dia mengibaratkan para pengungsi itu bak mati suri. Soalnya, mereka tidak bisa berbuat apa-apa karena tidak boleh bekerja.

"Pada saat kami wawancara 50 pengungsi itu, kami dengar pada hari itu ada yang bunuh diri. Kasihan. Paling tidak dengan kegiatan ini mereka terhindar dari pikiran negatif," kata Franka.

Tujuh orang pengungsi didapat. Mereka segera dilatih untuk membuat rancangan peragaan busana hingga menjahit, ada pula yang dilatih tata rias, ditambah pengungsi yang jadi model busana. Sebagian dari tujuh orang ada yang punya latar belakang pekerjaan menjahit baju. Di 'Benang Project', mereka diberi pemahaman soal produk yang layak jual dan cara mengemasnya lewat potret yang baik. Harapannya, mereka bisa punya cukup bekal ilmu untuk bekerja di negara tujuan mereka nanti. Karya-karya kolaborasi pengungsi dan desainer muda Indonesia akhirnya berhasil lahir.



Busana hasil kolaborasi pencari suaka di Kalideres itu dibawa Franka ke catwalk pelbagai negara, tak terkecuali ke gelaran La Moda, Paris, Prancis. Karya mereka juga dipamerkannya di Lifestyle Turkey. Di Indonesia, hasil kolaborasi pengungsi dan desainer muda juga dipamerkan di Jakarta Fashion Trend. "Di Dubai, Insyaallah akan kami bawa ke Dubai Modest Fashion Week, 7 hingga 9 Maret mendatang," kata Franka.

Kini sudah delapan orang pengungsi yang ikut Benang Project, yakni pengungsi dari Afghanistan, Pakistan, Somalia, dan Mesir. Tujuh orang di antaranya adalah perempuan, satu orang lagi adalah laki-laki. Sebagian dari mereka sudah tak tinggal lagi di jalanan karena ditampung di workshop Markamarie. Franka berharap jumlah pengungsi yang ikut 'Benang Project' bisa bertambah. Semua biaya ditanggungnya dengan biaya sendiri.

"Saya mungkin kurang fokus untuk meminta bantuan pemerintah. Karna biasa berdiaspora, ketika pulang ke Indonesia, saya maunyamemberikan sumbangsih buat negara," kata Franka yang sedang berada di Dubai saat berbincang dengan detikcom.

From Kalideres to Paris: Karya Pengungsi Dibawa Desainer ke CatwalkBusana karya kolaborasi pengungsi dan desainer dibawa ke catwalk berbagai negara. (Dok Markamarie)

Mengunjungi lokasi workshop tempat mereka di sebuah rumah di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, pada Kamis (31/1/2019), ada dua pengungsi peserta pelatihan 'Benang Project' di sini. Mereka adalah Aminah (29) dan Fatimah (24). Keduanya berasal dari Herat, Afganistan dan baru menetap di Indonesia selama 8 bulan.

Sewaktu masih di negaranya, Aminah berprofesi sebagai perawat. Ia pun mengaku hanya kadang-kadang saja menjahit baju. Namun saat ada pembukaan workshop ini, Aminah mau mendaftar dan akhirnya diterima. Dia ingin agar pelatihan yang didapatnya lewat Benang Project bisa menjadi bekal yang memudahkannya diterima di negara yang bersedia menampung mereka.

"Harapannya saya bisa bekerja di bidang fesyen. Saya ingin menjadi penjahit dan terkenal," ujar Aminah, dengan bahasa Inggris-nya yang sedikit terbata-bata. Sesekali memang ia harus mengetik jawaban yang ingin diucapkan dengan ponselnya yang berbahasa Persia, sebelum kemudian diterjemahkan dalam bahasa Inggris.

From Kalideres to Paris: Karya Pengungsi Dibawa Desainer ke Catwalk Aminah ikut pelatihan Benang Project (Dok Sendy Manopo/Benang Project)

Aminah sebetulnya masih ingin menjadi perawat, namun saat ini ia tidak bisa mengerjakan profesinya tersebut. Dengan adanya workshop ini, ia bisa mengisi hari-harinya dengan menambah ilmu dan meningkatkan keterampilannya. Sejauh ini, Aminah mengaku sudah berhasil membuat 4 buah baju. Sedangkan Fatimah lain lagi. Wanita yang dulunya bekerja sebagai guru olahraga dan seni budaya ini baru bisa membuat barang-barang yang dijahit tangan, seperti tas kecil. Fatimah berharap karyanya bisa ikut diperagakan di catwalk dunia.

"Saya senang jika baju saya diperagakan," ujar Aminah.

Meski saat ini mereka harus menjalani masa pengungsian, namun Aminah dan Fatimah serta para pengungsi lainnya yang mengikuti Benang Porject ini memiliki harapan yang tinggi akan masa depan mereka.

From Kalideres to Paris: Karya Pengungsi Dibawa Desainer ke CatwalkFoto: Para pengungsi yang ikut pelatihan Benang Project (Dok Sendy Manopo/Benang Project)

"Saya mau ke negara lain nanti dengan memiliki pengalaman, sehingga saya bisa bekerja, dan memiliki kehidupan yg lebih baik di negara lain. Saya mau bekerja di jenama terkenal, dan memiliki tempat tinggal sendiri di Australia, Kanada, atau Amerika. Saya harap seperti itu," ujar Aminah menceritakan mimpinya.

Simak berita-berita tentang balada pencari suaka di detikcom. (dnu/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads