Serang Prabowo Bertubi-tubi, Jokowi PeDe atau Panik?

Serang Prabowo Bertubi-tubi, Jokowi PeDe atau Panik?

Bagus Prihantoro Nugroho - detikNews
Minggu, 03 Feb 2019 12:40 WIB
Jokowi (Andhika Prasetia/detikcom)
Jakarta - Capres yang merupakan petahana, Joko Widodo (Jokowi), mulai menampilkan gaya bicara ofensif lewat pernyataannya dalam kampanye. Rupanya perubahan gaya Jokowi ini tak sekadar dimaknai sebagai bentuk kepanikan atau kekhawatiran, tapi juga percaya diri alias PD.

"Saya lihat keduanya ada, kenapa? Pertama sebagai incumbent Jokowi punya self confident, mungkin memiliki kekuatan riil politik, sekarang sebagai incumbent tak salah juga kalau punya kepercayaan diri. Dibanding 2014 iya, mungkin sebagai orang yang baru masuk gelanggang saat itu gaya bicaranya berbeda dengan saat ini sebagai petahana. Apakah ada kekhawatiran? Itu juga tak salah, pada situasi elektoral saat ini belum aman-aman banget, karena kan masih ada swing voters yang jumlahnya lebih besar," ujar pakar komunikasi politik Gun Gun Heryanto saat berbincang, Minggu (3/2/2019).


Menurut Gun Gun sebetulnya gaya komunikasi Jokowi adalah equalitarian yang mengedepankan kesetaraan dengan pesan-pesan tentang harmoni. Gaya bicara ini berbeda dengan dynamic style yang cenderung lebih bebas, kata Gun Gun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dia sebagai incumbent mendapatkan begitu gencarnya serangan. Sebetulnya nggak ada masalah lazimnya pertandingan, menyerang itu juga mekanisme pertahanan diri, yang paling bisa dilakukan adalah menyerang karena sudah hampir sekian lama Pak Jokowi diserang," tutur Gun Gun.

Namun Gun Gun mencatat biasanya yang melontarkan gaya ofensif adalah kubu penantang. Dia sedikit menyinggung pemilihan presiden di Amerika Serikat (AS) ketika Barack Obama pada 2008 tampil menyerang kubu Partai Republik yang merupakan partai penguasa kala itu. Obama lalu membawa slogan 'Change We Need' atau 'Change We Can'.

"Bagi seorang incumbent, hal prioritas untuk persuasi adalah menarasikan success story, apa yang sudah dilakukan di bidang hukum HAM, hubungan internasional, infrastruktur. Jangan sampai narasinya dikontrol kubu penantang dan kemudian petahana terjebak kontrol narasi," kata Gun Gun.


Sebelumnya, dalam satu rangkaian kampanye, Jokowi melemparkan 'peluru' tajam di Semarang dan Surabaya. Jokowi mengungkit soal negara bubar dan punah, kasus hoax Ratna Sarumpaet, selang darah yang disebut dipakai 40 kali, hingga soal ada yang menyamakan Indonesia dengan Haiti.

"Orang banyak lihat, saya ini kurus, iya saya ini kurus. Tapi perlu saudara-saudara ketahui, saya tidak pernah takut apa pun untuk... saya tidak pernah takut apa pun untuk kepentingan nasional kita, untuk kepentingan bangsa kita, untuk kepentingan rakyat," kata Jokowi di Semarang, kemarin (2/2).

Ikuti perkembangan terbaru Pemilu 2019 hanya di detikPemilu. Klik di sini (bag/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads