"Hingga saat ini, sudah ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut. Berdasarkan data sementara, tercatat Puskesmas Sikakap yang berada di Kepulauan Mentawai rusak ringan dan mercusuar yang sudah tidak berfungsi roboh," ujar Deputi Bidang Geofisika BMKG Muhammad Sadly dalam keterangan tertulis, Minggu (3/2/2019).
Sadly mengatakan, hingga pukul 21.00 WIB, tercatat 52 kali gempa. Namun hanya terdapat lima aktivitas gempa yang yang guncangannya dirasakan kuat oleh masyarakat. Gempa terbesar berkekuatan magnitudo 6,1 dan berpusat di laut dengan jarak 105 km arah tenggara Kota Tua Pejat, Kepulauan Mentawai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasil analisis BMKG menyimpulkan, gempa bumi di Kepulauan Mentawai disebabkan akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia tepatnya di zona Megathrust Segmen Pagai. Sadly mengatakan zona itu memang merupakan kawasan sumber gempa yang sangat aktif.
"Konvergensi (pertemuan) kedua lempeng tersebut membentuk zona subduksi yang menjadi salah satu kawasan sumber gempa bumi yang sangat aktif di wilayah Sumatera. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi ini dipicu oleh penyesaran naik (thrust fault)," katanya.
Sadly mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan mengikuti arahan BPBD setempat serta informasi dari BMKG. Jangan terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi dan tsunami dan agar tetap waspada dengan kejadian gempa susulan yang pada umumnya kekuatannya semakin mengecil. (eva/knv)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini