Plt Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Perkebunan, Dinas Pertanian dan Pangan Kudus, Arin Nikmah menjelaskan, banjir di wilayah setempat berdampak ratusan hektare lahan sawah terendam.
"800 hektare lahan pertanian terendam banjir yang tersebar di Kecamatan Jekulo, Mejobo, Undaan, Jati, dan Kaliwungu," jelas Arin kepada wartawan, di Kudus, Kamis (31/1/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena kadar airnya terlalu banyak, maka beras yang dihasilkan warnanya tidak bisa jernih, atau mangkak. Sedangkan padi yang terendam masih dalam proses pengisian bulir, maka bisa gabuk atau kopong," kata dia.
"Potensi lahan yang puso akibat genangan banjir di Kudus mencapai 532 hektare," imbuhnya.
![]() |
Lahan pertanian yang terendam banjir di antaranya tampak di Desa Gondoharum, Kecamatan Jekulo. Mereka terpaksa memanen dengan terpal sebagai media pengangkut gabah saat banjir.
"Cara mengangkutnya pakai terpal yang dibuat seperti perahu agar bisa dibawa ke jalan, karena kondisinya banjir. Sawah terendam," kata seorang buruh tani Peno (40) di lokasi lahan sawah yang kebanjiran di Desa Gondoharum.
Dia membawa padi yang baru saja dibabat dari sawah menuju jalan sawah. Selanjutnya padi tersebut digiling untuk menghasilkan gabah.
Saat banjir seperti sekarang, kata dia, gabahnya berkualitas kurang baik. Mengingat banyaknya kadar air. Bahkan harga juga anjlok.
Sepetak sawah dengan luas sekitar 1.500 meter persegi biasanya dijual petani ke tengkulak gabah normalnya Rp 7 juta.
"Karena banjir hanya laku dengan harga Rp 4 juta," jelas warga Pati ini. (bgs/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini