Khusus di Sumatra Selatan, tercatat ada 5 kabupaten masuk zona rawan longsor, mulai Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan, Muaraenim, Pagaralam, Empat Lawang hingga ke Lahat.
Kekhawatiran semakin bertambah kala BBPB Sumatera Selatan tidak memiliki alat deteksi dini bencana longsor yang ada di wilayah rawan. Sehingga warga pun diminta tetap waspada.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sumsel ini tidak ada alat early warning system untuk bencana longsor. Khusus untuk beberapa wilayah yang seringkali terjadi longsor ya kami minta waspada. Terutama di OKU Selatan yang menjadi wilayah rawan karena di dataran tinggi," kata Kepala BPBD Sumsel, Iriansyah di Palembang, Rabu (30/1/2019).
Meski tak memiliki alat peringatan dini bencana, semua daerah di Sumsel kini sudah siap dan siaga. Apalagi puncak musim penghujan adalah waktu yang sangat rentan sekali terjadinya bencana.
"Berdasarkan catatan kami di beberapa tahun terakhir itu terlihat bencana yang sering terjadi tidak hanya longsor saja. Ada bencana lain seperti banjir sampai angin puting beliung, ini juga tetap kita harus waspada," kata Iriansyah.
Sementara untuk bencana angin puting beliung, biasanya terjadi di daerah yang terbuka. Hal ini dapat diwaspadai pada beberapa daerah mulai dari Banyuasin, Ogan Ilir, Prabumulih serta Palembang.
Kewaspadaan di Sumatera Selatan sendiri ditingkatkan melihat kondisi cuaca yang tak menentu. Bahkan di beberapa daerah banjir bandang dan angin puting beliung terjadi silih berganti.
"Segala kemungkinan bisa saja terjadi di daerah. Untuk itu kami siagakan seluruh petugas kesehatan, tim reaksi cepat dan makanan di daerah-daerah rawan. Kami juga selalu update data terkait cuaca di setiap daerah," tutupnya.
Untuk di OKU Selatan, tercatat ada banjir bandang pada November 2018. Bahkan banjir bandang menyebabkan satu orang tewas, rumah rusak dan ada jembatan gantung yang hanyut terbawa derasnya arus. (ras/rvk)