Begini Tahapan KNKT Analisis CVR Lion Air Tentukan Penyebab Kecelakaan

Begini Tahapan KNKT Analisis CVR Lion Air Tentukan Penyebab Kecelakaan

Lisye Sri Rahayu - detikNews
Selasa, 15 Jan 2019 12:22 WIB
Foto: Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono. (Lisye-detikcom)
Jakarta - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) hari ini mengeringkan cockpit voice recorder (CVR) Lion Air dengan nomor lambung PK-LQP yang ditemukan di perairan laut Karawang, Jawa Barat. Begini tahapan yang dilakukan KNKT untuk menemukan penyebab jatuhnya pesawat.

"Tadi malam sudah kita bawa ke laboratorium dan pagi ini kita sudah mulai proses untuk pelepasan memori module yang di dalam CSMU (Crash Surviveable Memory Unit) atau case protection box. Jadi pagi ini kita mulai mengambil memori chip-nya terus selanjutnya kita membersihkan. Ada cara-cara membersihkan, kita punya peralatannya. Setelah itu kita keringkan," kata Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono di gedung KNKT Jalan Medan Merdeka Timur, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (15/1/2019).


Soerjanto mengatakan proses pengeringan itu dilakukan dengan cara khusus agar keringnya merata. Hal ini untuk mencegah kerusakan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Nah pengeringan ini khusus, seperti kayak diangetin, tapi ruangannya dikeringkan, divakum. Tapi tidak divakum kayak disedot, tapi memang ada cara pengeringan khusus agar tingkat pengeringannya seragam seluruh permukaan, untuk menghindarkan memori chip-nya ini agar tidak crack atau apapun itu," ujarnya.

Soejanto menyampaikan pengeringan ini harus terkontrol dan hati-hati. Sebab, masyarakat dunia disebutnya menantikan informasi yang ada di dalam CVR itu.

"Jadi kita benar-benar harus step-step-nya sudah sesuai dengan prosedur. Terus setelah kita keringkan nanti memori chip-nya ini akan kita pasang pada module atau chasing yang bagus atau kita sebut golden case," ucapnya.

KNKT punya lebih dari 10 macam chasing CVR yang masih bagus dan baru yang bisa digunakan. Setelah itu, baru dilakukan pengunduhan.

"Nah setelah kita lakukan pengunduhan pertama kita cek berapa bait yang tertransfer dari memori module tadi. Kalau baitnya tertransfer ada jumlahnya saya nggak ingat berapa angkanya. Berarti semua data bagus. Nah itu nanti setelah di cek jumlah baitnya baru kita coba diputar atau dibunyikan suaranya," ujarnya.

Dia menjelaskan ada beberapa channel di data itu. Pertama, komunikasi antara kapten dan menara pengawas. Kedua, komunikasi kopilot dengan menara pengawas ketika komunikasi yang terjadi di dalam kokpit.

"Jadi merekam suara percakapan antara kedua pilot. Merekam suara suara yang timbul di dalam kokpit ada bunyi alert, ada bunyi warning, ada bunyi klik-klik atau apapun. Nanti kita akan cocokkan bunyi-bunyi ini dengan database suara. Kita punya database suara dari manufacture ada sekitar hampir 90 jenis bunyi yang ada di dalam kokpit. Nanti kita cocokkan ini suara apa," ucapnya.


Setelah semua suara teridentifikasi, KNKT akan membuat komparasi percakapan antara pilot dengan menara pengawas. KNKT telah memiliki rekaman di menara pengawas. Setelah itu, percakapan kopilot juga akan dikomparasi.

Kemudian yang ketiga yaitu mentranskrip percakapan-percakapan kedua pilot termasuk waktu percakapan. Bunyi-bunyi yang muncul saat keduanya berkomunikasi juga akan dilihat.

"Dan saat mereka bercakap mungkin ada background noise yang berbunyi, mungkin teng atau dit dit dit. Itu nanti kita, pada saat jam sekian, itu pilot berkomunikasi ada warning. Tapi karena mereka asyik bicara mungkin tidak realize ada warning yang terjadi. Nah hal-hal seperti itulah selanjutnya setelah kita transkrip. Maka para investigator akan mensinkronkan transkrip tadi disesuaikan jamnya dengan jam FDR. Pada jam sekian menit sekian detik sekian terjadi komunikasi ini," paparnya.

Dari situ, investigator akan menganalisis dan menyimpulkan penyebab kecelakaan.

"Di CVR datanya apa yang menyebabkan kedua pilot ini kok melakukan tindakan seperti itu. Apakah ini klop atau bertentangan atau seperti apa. Nah ini yang kita pakai di dalam analisa. Kenapa mereka melakukan ini. Alasannya apa. Ditinjau dari masalah human factor, mungkin masalah training, atau prosedur yang nggak benar ada hal- lain distraction atau gangguan. Ini yang kita analisa sehingga nanti kita bisa menyimpulkan. Kenapa pesawat ini mengalami kecelakaan," ujarnya.



Saksikan juga video 'Ini Kecanggihan Kapal Spica yang Berhasil Deteksi CVR Lion Air':

[Gambas:Video 20detik]

(idh/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads