"Hentikan penutupan (pemerintahan)!" teriak para demonstran di tengah cuaca dingin di depan Gedung Putih, seperti dilansir Reuters, Jumat (11/1/2019).
Aksi protes yang digelar pada Kamis (10/1) waktu setempat ini digelar oleh Federasi Pekerja dan Organisasi Industrial Kongres Amerika (AFL-CIO) yang merupakan serikat pekerja federal terbesar di AS. Aksi berawal di markas AFL-CIO dan berakhir di depan 1600 Pennsylvania Avenue, alamat resmi Gedung Putih.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekitar 800 ribu pegawai pemerintah federal AS diperintahkan untuk tetap tinggal di rumah atau bekerja tanpa dibayar selama penutupan pemerintahan berlangsung. Penutupan pemerintahan AS yang dimulai sejak 22 Desember 2018, dipicu oleh perdebatan Trump dengan Partai Demokrat di Kongres AS soal tuntutan Trump agar anggaran US$ 5,7 miliar untuk membangun tembok di perbatasan AS dan Meksiko, diloloskan Kongres.
Dalam janji kampanye saat pilpres 2016, Trump berulang kali menjanjikan bahwa Meksiko akan membayar pembangunan tembok perbatasan itu. Namun dalam pernyataan terbaru Trump menegaskan dirinya tidak akan menandatangani rancangan undang-undang apapun untuk membuka kembali pemerintahan federal AS yang tidak meloloskan pendanaan tembok Meksiko.
Elaine Suriano (62) yang seorang ilmuwan pada Badan Perlindungan Lingkungan (EPA) menyatakan dirinya terpaksa menggunakan tabungan pensiun jika penutupan terus berlanjut dan gajinya tak kunjung dibayarkan.
"Sudah jelas bahwa pemerintahan ini tidak memahami orang-orang normal dan kehidupan sesungguhnya atau mereka tidak akan melakukan ini," sebutnya.
Memasuki pekan ketiga, penutupan sebagian pemerintahan federal AS menjadi penutupan paling lama kedua sejak pertengahan tahun 1970-an. Trump dalam pernyataan sebelumnya menyebut penutupan ini bisa saja berlanjut hingga hitungan bulan bahkan tahun.
Kebanyakan pegawai federal yang terdampak penutupan ini, terpaksa beralih ke situs penggalangan dana online seperti GoFundMe.com untuk membantu membiayai kehidupan sehari-hari mereka.
Matthew Chrichton (32) yang bekerja untuk Korps Perdamaian AS menyebut ketidakjelasan soal penutupan pemerintahan AS membuat dirinya dan rekan-rekannya sulit membiayai kebutuhan untuk makanan, tempat tinggal dan kebutuhan lain. "Itu bisa berlanjut beberapa hari dan bisa berlanjut beberapa minggu. Bisa juga berlanjut beberapa bulan. Sungguh memalukan karena saya siap untuk pergi bekerja. Saya mampu untuk pergi bekerja dan saya tidak bisa," ujarnya.
Para demonstran yang kebanyakan memakai rompi warna hijau neon bertuliskan 'Saya seorang pekerja. Saya memiliki suara.' tersebut, menuntut pemerintah segera dibuka kembali. Saat aksi digelar, Trump diketahui sedang tidak berada di Gedung Putih karena dijadwalkan mengunjungi perbatasan AS-Meksiko di McAllen, Texas.
Unjuk rasa lainnya yang lebih kecil juga digelar di Palm Beach, Florida kemudian Ogden, Utah dan New York City. Aksi-aksi protes yang diikuti para pegawai federal itu menuntut penutupan pemerintahan segera diakhiri. "800 ribu pengangguran. Melukai keluarga dan perekonomian kita," bunyi salah satu poster yang dibawa demonstran.
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini