Salah satu honorer yang bercerita adalah Putri. Dia hampir satu tahun bekerja sebagai honorer di Kemenag.
Putri merasa ada diskriminasi perlakuan antara honorer dengan Aparatur Sipil Negara (ASN). Dia menganggap banyak pelimpahan pekerjaan kepada dirinya sehingga terjadi penumpukan tugas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada perbedaan antara ASN dengan honorer. Porsi kerjaan, kan honorer tidak spesifik, jadi kan bukan saya saja, mereka sering curhat dapat pelimpahan," ucap Putri kepada Lukman dalam acara Ngobrol Santai (Ngobras) di Gedung Kementerian Agama, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat (4/1/2019).
Putri berharap honorer jangan dipanggang sebelah mata lagi oleh ASN. "Sebagai honorer kan juga masuk nggak sembarangan. Jadi tidak ada penghargaan buat honorer," ucap Putri.
Selain itu, Putri pun berharap ada kenaikan honor di tahun ini jika gaji dan tunjangan PNS atau ASN naik. Hal ini disambut dengan tepuk tangan teman-temannya yang mendengarkan.
"Kalau gaji PNS naik, mungkin bisa gaji kami juga dinaikan," ucap Putri.
Lukman menjawab harapan soal kenaikan gaji putri sambil tersenyum. Dia hanya meminta kepada pejabat terkait untuk hitung-hitungan anggaran.
Selain soal Putri, Lukman pun mendapat cerita soal pemberian natura. Natura adalah imbalan berita barang sepeti gula, minyak, dan sebagainya.
"Saya masuk tahun 1983, tahun itu pegawai masih dapat natura. Ada gula, minyak dan lainnya setiap bulan. Setiap pegawai dapat. Terus tiap hari dapat makan diantar ke masing-masing meja," ucap pegawai bernama Atun.
"Terus tahun 1985 pindah kantor ke Lapangan Banteng, sudah tidak ada lagi. Padahal natura itu membantu," sambung Atun.
Dari berbagai kisah yang diutarakan, Lukman ingin agar masing-masing pegawai bisa mendapat pelajaran. Khususnya soal bagaimana kita mengatasi masalah.
"Masalah itu medium, cara tuhan beri kita kesempatan untuk hidup. Karena masalah itu kita berfikir dan akhirnya kita sikapi. Dengan masalah kita sikapi, kita hadirkan hal positif ketika masalah kita geluti," ucap Lukman. (aik/rvk)