"Bicara pelanggaran HAM, sebaiknya Andi Arief memeriksa tangan siapa yang berlumuran darah, Jokowi atau Prabowo? Jokowi pemimpin sipil yang mengedepankan cara-cara demokratis, itu sudah terbukti," kata Ketua DPP Golkar Ace Hasan Syadzily kepada wartawan, Senin (31/12/2018).
Soal tangan berlumur darah ini dimaksud Ace adalah peristiwa penghilangan paksa aktivis pada 1998. Ace kemudian mengaitkan hal ini dengan pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) periode 2004-2014. Menurut dia, SBY tak menuntaskan kasus itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tantangan Andi Arief kepada Jokowi itu disampaikan melalui akun Twitter-nya. Andi menantang Jokowi untuk memberikan sebelah matanya kepada Novel karena sampai saat ini pelaku terornya belum terungkap. Menurut Andi, percuma Jokowi punya mata tapi tak mampu menuntaskan kasus penyiraman air keras terhadap Novel.
Novel Baswedan telah menanggapi tantangan Andi Arief. Menurut Novel, seharusnya Jokowi mau mengungkap pelaku yang menyerangnya.
Kembali ke Ace. Dia menilai Andi aneh karena baru lantang berbicara soal HAM dan keadilan saat ini. Ia menyebut Andi telah melupakan cita-cita reformasi sejak ikut mendukung Prabowo pada Pilpres 2019.
"Andi Arief 10 tahun menikmati kekuasaan semasa rezim SBY berkuasa. Sepuluh tahun tersebut, Andi Arief bungkam soal HAM dan keadilan untuk aktivis 98 yang hilang. Kini, bersama Prabowo, Andi Arief bicara HAM dengan kasus Novel Baswedan," kata Ace.
"Ini semakin menunjukkan posisi Andi Arief saat ini, bergabung bersama Prabowo telah membuktikan bahwa Andi Arief melupakan cita-cita reformasi, bahkan sekaligus melenyapkan cita-cita tersebut," imbuh dia.
Simak Juga 'Beragam Tanggapan soal Tantangan Donor Mata Andi Arief':
(tsa/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini