"Kami kira itu semacam sindiran keras ke Pak Jokowi dan pihak lain agar bersikap fair," ujar Direktur Pencapresan PKS, Suhud Aliyudin, kepada wartawan, Senin (31/12/2018).
Menurut Suhud, penanganan kasus Novel memang terkesan lambat. Oleh sebab itu, dia sepakat bahwa seharusnya pemerintah menyelesaikan kasus HAM yang terjadi saat ini sebelum berkoar-koar soal penculikan atau pembunuhan masa lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tantangan Andi Arief kepada Jokowi itu disampaikan melalui akun Twitter-nya. Andi menantang Jokowi untuk memberikan sebelah matanya kepada Novel, karena sampai saat ini pelaku terornya belum terungkap. Menurut Andi, percuma Jokowi punya mata tapi tak mampu menuntaskan kasus penyiraman air keras terhadap Novel.
Suhud pun menilai tantangan itu sebagai hal yang wajar. Menurutnya, hal itu merupakan upaya untuk mempertanyakan keseriusan pemerintah, khususnya aparat penegak hukum, dalam penuntasan kasus Novel. Mengingat, banyak kasus lain yang dinilainya sangat cepat dan sigap penanganannya.
"Mengapa dalam kasus Novel seolah-olah menjadi mandul?" ujar Suhud.
"Jangan sampai kasus Novel menjadi misteri yang tak terungkap dan menjadi beban sejarah generasi mendatang," imbuh dia.
Terkait tantangan Andi ke Jokowi sebelumnya juga mendapat tanggapan dari Kabareskrim Komjen Arief Sulistyanto. Arief menyatakan penerapan hukum harus sesuai dengan ketentuan, tidak bisa dilakukan sembarangan.
Cepat-lambatnya pengungkapan perkara, lanjut Arief, juga sangat bergantung pada modus operandi, kecukupan alat bukti, barang bukti, petunjuk di TKP, dan saksi-saksi yang menentukan tingkat kesulitan pengungkapan. Arief menambahkan, bagi siapa saja yang memiliki informasi berkaitan dengan peristiwa penyerangan Novel Baswedan, penyidik akan terbuka untuk menerima informasi itu.
Simak Juga 'Andi Arief Sebut Prabowo Kurang Serius Mau Jadi Presiden':
(mae/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini